Pendidikan, Sesuaikan Kebutuhan Pasar atau Ciptakan Pasar

M. Isa | Kamis, 07/11/2019 16:58 WIB
Pendidikan, Sesuaikan Kebutuhan Pasar atau Ciptakan Pasar Caleg DPR RI dari PKB, Muhammad Kadafi (dok kupastuntascom)

Oleh: Dr. H. Muhammmad Kadafi, SH., MH.

RADARBANGSA.COM - Presiden Joko Widodo mengangkat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) orang yang masih sangat muda dan telah berhasil memimpin sebuah perusahaan star-up goojek, Nadiem Makarim.

Kurang lebih menurut hemat penulis, Presiden Jokowi mempunyai ekspektasi yang tinggi tehadap menteri yang minta dipanggil Mas Menteri ini. Modernisasi kurikulum, peningkatan kualitas pendidikan, modernisasi cara belajar, modernisasi sarpras pendidikan, integrasi sistem pendidikan secara online.

Terakhir out put dunia pendidikan sesuai dengan kebutuhan realitas masyarakat modern hari ini, untuk tidak menyebut sesuai kebutuhan pasar. Paling tidak beberapa hal itulah yang barangkali mendasari Presiden Joko Widodo mengangkat Mas Menteri Nadiem Kariem.

Dalam pidato yang disampaikan oleh Nadiem yang beredar luas di masyarakat, yang kemudian diklarifikasi oleh Mas Menteri bahwa itu pidato tahun 2017 paling tidak, melalui pidato itu kita bisa mengerti konstruk berpikirnya mas menteri, yang diantaranya: Dunia pendidikan kita butuh inovasi bahkan revolusi, penguasaan topik dan bahasa, setidaknya bahasa inggris, bahasa coding, statistik, psikologi, dan mas menteri juga menyampaikan bahwa kita butuh transfer teknologi dengan mempekerjakan tenaga ahli dari luar negeri, serta persoalan nasionalisme yang sempit dapat membahayakan dunia pendidikan dan ekonomi bangsa kita.

Semoga yang menjadi kegelisahan penulis dan beberapa akademisi (rektor) yang menelpon secara langsung kepada penulis (Mantan Rekror Universitas Malahayati) sebagai anggota komisi X DPR RI dan menyampaikan kegelisahan mereka, background Mas Menteri sebagai orang yang sukses memimpin perusahaan start up Gojek berpengaruh besar dan akan diterapkan dalam memimpin Kemendikbud, daiantaranya menurut mereka membangun dunia pendidikan tidak seperti membangun start up – Gojek, karena dunia pendidikan menciptakan multi out put sementara satrt up single out put, institusi kemendikbud sangat besar ruangnya, serta bertanggungjawab terhadap tenaga struktural, fungsional, sarpras pendidikan, kurikulum pendidikan, dan yang paling besar adalah bertanggungjawab terhadap maju mudurnya pendidikan di Indonesia.

Sementara bicara bahasa coding, statistik, psikologi, sebagaimana pidato mas menteri bukan sesuatu yang baru dalam dunia pendidikan kita, hanya persoalan streesing point saja. Menristekdikti yang lalu bahkan sudah melahirkan sesuatu yang baru diperguruan tinggi berupa literasi baru, yaitu data literation, technology literation (termasuk di dalamnya Al dan coding), dan human literation yang hal tersebut sudah dimasukan dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Tantangan Dunia Pendidikan Kita

Birokrasi yang sangat besar dari pusat sampai daerah menjadi salah satu tantangan untuk memenej dengan baik dunia pendidikan kita, tenaga pendidik yang jumlahnya sangat banyak dan punya kemampuan beragam, peserta didik yang jumlahnya sangat banyak, wilayah kerja dan jangkauan yang sangat luas, sarpras pendidikan yang dibanyak tempat masih kurang memadai, kurikulum yang komplek dari PAUD sampai Perguruan tinggi, akses internet yang belum merata, infiltrasi paham Trans Nasional dilingkungan akademik yang mengerogoti nasionalisme dan kecintaan terhadap tanah air. Serta out put pendidikan kita yang masih general dan tidak memiliki spesifikasi keilmuan yang matang.

Pendidikan, Sesuaikan Kebutuhan Pasar atau Ciptakan Pasar

Hasil akhir dari sebuah ikhtiar untuk membangun, memajukan dunia pendidikan kita adalah out put yang dihasilkan. Kita akui bahwa out pendidikan kita tidak sesuai dengan realitas nyata yang dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga begitu banyak sarjana yang bekerja tidak sesuai dengan jurusan yang mereka pilih ketika mereka kuliah, atau bahkan sarjana kita banyak yang menggangur dan menjadi momok ditengah-tengah masyarakat. 

Kemampuan yang general dan kurikulum yang tidak disesuaikan dengan kebutuhan nyata masyarakat menurut penulis menjadi salah satu penyebab utama dari out put pendidikan kita. Indonesia dikarunia alam yang begitu indah, subur, sumber daya alam yang melimpah dan hampir semua kebutuhan makhluk hidup terpenuhi dan berada di tanah Indonesia, kenapa kurikulum kita tidak berbasis pada lokal wisdom yang kita miliki, indegenius people, indegeneous cultur dan indegeneous knowledge.

Selama basis dari kurikulum kita adalah bukan kenyataan yang ada dan dihadapi masyarakat kita yang berbasis pada kebutuhan lokalitas maka selamanya kita tidak akan pernah mampu mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju, karena sesungguhnya kita cuma mengadopsi konsep mereka, dan selama kita mengadopsi konsep mereka maka akan selamanya kita akan tertinggal dan terjebak pada kubangan yang negara maju ciptakan. Bukankah Tiongkok bisa mencapai kemajuannya hari ini juga setelah mengembangkan potensi lokalnya terlebih dahulu.

Penulis berharap Mas Menteri mampu menangkap persoalan ini, dan dengan energi muda nya bisa melakukan loncatan dan terobosan (revolusi pendidikan) untuk benar-benar memperbaiki paradigma pendidikan kita, dan jangan sampai justru menyeret liberalisasi pendidikan yang kita akan jatuh dalam kubangan itu dan akan sangat sulit untuk keluar kembali selain hanya mengikuti mainstream pasar global.

Dengan begitu semoga apa yang dicita-cita kan para Founding Farthers kita bahwa Kita harus menjadi bangsa yang Berdaulat dibidang politik, Berdikari dibidang ekonomi, dan Berkepribadian dibidang Budaya dapat benar-benar terwujud.

**Penulis adalah Mantan Rektor Universitas Malahayati Lampung
Dan anggota komisi X DPR RI Periode 2009-2024.


Berita Terkait :