
RADARBANGSA.COM - Tour de Banyuwangi Ijen (TdBI) 2025 kembali menuai pujian dari para pebalap internasional. Dalam etape kedua yang menempuh jarak 158,8 kilometer dari Alaspurwo menuju Banyuwangi, para pebalap mengaku terkesan dengan antusiasme penonton dan keindahan alam yang ditawarkan jalur balap tersebut.
Pebalap asal Italia, Nicolo Pettiti, menyampaikan rasa kagumnya usai menyabet polkadot jersey sebagai raja tanjakan (King of Mountain/KOM).
“Aku tak berbohong, rasanya seperti berada dalam perlombaan di tur dunia. Serasa Tour de France,” ungkapnya, Rabu (30/7/2025).
Pettiti menambahkan bahwa sorakan penonton sepanjang rute membuat suasana semakin meriah.
“Semua orang di jalan bersorak kepada kami. Sungguh luar biasa, membuat balapan semakin seru,” imbuh pebalap kelahiran 10 Agustus 2002 itu.
Pujian serupa juga datang dari pebalap Belanda, Jeroen Meijers, yang turun perdana di TdBI tahun ini. Pembalap tim Victoria Sports Pro Cycling (Filipina) itu berhasil merebut yellow jersey (Individual General Classification) dan green jersey (Best Sprinter) di etape kedua.
“Rekan saya, Edgar Nieto, sudah mengikuti balapan ini sepuluh kali dan selalu mengatakan penyelenggaraannya sangat baik. Tidak ada mobil di jalanan, jadi sangat aman. Ini adalah salah satu balapan favorit di Asia,” ujarnya.
Meijers, yang berpengalaman mengikuti balapan sejak 2010, menyebut jalur di Banyuwangi lebih menantang dibanding sejumlah tur lain yang pernah diikutinya di Asia dan Eropa.
“Secara umum, balapan di Banyuwangi lebih menantang dan atmosfernya benar-benar luar biasa,” kata Meijers yang sebelumnya tampil di Tour de Taiwan hingga Tour of Estonia.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menilai kesan positif para pebalap ini tak lepas dari sambutan hangat masyarakat setempat.
“Potensi Banyuwangi yang luar biasa ini patut diketahui warga dunia. Terima kasih kepada seluruh masyarakat Banyuwangi yang telah menjadi tuan rumah yang menyenangkan bagi semua,” ujarnya.
Tour de Banyuwangi Ijen 2025 merupakan edisi ke-10 ajang balap sepeda internasional yang rutin digelar di kabupaten ujung timur Pulau Jawa ini. Selain rute ekstrem yang menantang, atmosfer budaya dan kreativitas warga disebut menjadi daya tarik utama para peserta mancanegara.