Ketua PKB Sulsel: Masa Depan Pesantren dan Masjid Butuh Strategi Baru

Rahmad Novandri | Jum'at, 12/06/2020 14:20 WIB
Ketua PKB Sulsel: Masa Depan Pesantren dan Masjid Butuh Strategi Baru Azhar Arsyad (Ketua DPW PKB Sulawesi Selatan). (Foto: istimewa)

MAKASSAR, RADARBANGSA.COM - DPW Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Sulawesi Selatan (Sulsel) menggelar Diskusi Virtual dengan tema “Covid -19 Masa Depan Masjid dan Pesantren di Sulawesi Selatan", Kamis, 11 Juni 2020. Diskusi Virtual yang berlangsung selama 3 jam tersebut menghadirkan narasumber Ketua PWNU Sulsel Dr.KH. Hamzah Harun Al-Rasyid, MA, Dr. H. Syamsu Rizal MI, S.Sos, M.Si selaku Tim Gugus Tugas COVID-19 Sulsel, Akademisi dan Pimpinan Pondok Pesantren DR. H. Muammar Bakry, LC, MA serta beberapa pemantik diskusi diantaranya dari Pakar Komunikasi Politik Dr. Firdaus Muhammad, Penggiat Literasi dan Lakspekdam NU Abd. Karim, dan praktisi media AS Kambie.

Ketua DPW PKB Sulsel, Azhar Arsyad menyampaikan bahwa ada sekitar 270 pesantren dan 73.000 santri yang terdampak Covid-19 sehingga perlu ada perumusan langkah dalam memasuki era new normal. Seluruh stakeholder baik di lingkungan pesantren maupun pemerintah Provinsi dan Kabupaten di Sulawesi Selatan harus bersama-sama merumuskan strategi menghadapi new normal bagi masa depan pesantren dan masjid di Sulawesi Selatan.

Ketua PWNU Sulsel, Dr. KH. Hamzah Harun memberikan apresiasi positif terhadap PKB Sulsel yang memiliki kepedulian terhadap pesantren dan nasib masjid di Sulawesi selatan. Wakil Koordinator Kopertais Wilayah VIII Sulsel ini  berharap penerapan new normal terhadap Pesantren harus mempertimbangkan berbagai sisi, termasuk sisi negatif dan positif. Baik di lingkungan Pesantren maupun lingkungan luar  di sekitar pesantren, termasuk dari sisi ekonomi. "Harus dilihat dengam seksama, apa mudharatnya," tegasnya.

Ustadz Muammar Bakry mengungkapkan bahwa ada beberapa standar untuk mengukur kualitas dan kuantitas Jamaah Nahdliyin yaitu melalui kultur budaya dan tradisi di lingkungan pesantren, sebaran konstituen suara PKB, dan lestarinya tradisi dan budaya NU di masyarakat seperti barazanji dll. Menurutnya, perlu diberikan perhatian menjaga nilai-nilai, kultur dan budaya NU pada masa Pandemi covid -19 . Budaya makan bersama dan rasa yang sama tanpa sekat strata sosial di lingkungan pesantren harus dipertahankan, diperhatikan bagaimana menjaganya sebagai sebuah identitas.

“Tradisi sholawatan setelah selesai sholat di masjid seperti jabat tangan, cium tangan yang berlaku di masjid  ala NU tentu akan tergerus dengan adanya Covid 19,” tambahnya.

Dr. H. Syamsu Rizal MI,S.Sos, M.Si yang biasa di sapa Deng Ical lebih memilih menggunakan kata “Tradisi Baru” daripada  New Normal. Menurutnya Pesantren dan Masjid adalah entitas sosial yang menjadi hal utama dalam gerakan-gerakan sosial yang mampu mempengaruhi pola komunikasi dan tradisi di Sulsel. Kita harus agak memaksa diri melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan tradisi kita selama ini. Tradisi baru ini poinnya adalah memberi sugesti kepada kita untuk ikhlas melakukannya.

Bakal Calon Walikota Makassar ini menegaskan bagaimana masjid dan pesantren sebagai bagian dari entitas sosial. Masjid adalah katalisator sosial sehingga Masjid dan Pesantren harus pro aktif mengambil peran tersebut, sebagai lembaga yang memiliki privilage yang berbeda dengan lembaga pendidikan lain, begitupun di Masjid yang bisa terbuka sampai jam berapa pun.

Tugas kedua menurutnya adalah bagaimana tradisi baru tersebut berangkat dari kebiasaan-kebiasaan Islami dan itu perlu tersosialisasi dan harus sesuai identitas Islam.

Dalam gerakan pencegahan satu hal yang sangat sensitif dibicarakan adalah kasus Covid-19 yang berkaitan dengan isu agama, misalnya cluster baru dari santri pesantren, harus ada opinion leader untuk bersikap dan bersuara dari pihak Tokoh Agama dan lain-lain. “Format tradisi baru yang berkarakter Masjid dan Pesantren harus jadi perhatian bersama, sehingga Sulsel sebagai Serambi Madinah adalah sebuah tantangan bagi kita ke depan,” tegasnya.


Berita Terkait :