Bapanas Jamin Tak Ada Impor Beras Saat Panen Raya

Rahmad Novandri | Kamis, 01/02/2024 08:15 WIB
Bapanas Jamin Tak Ada Impor Beras Saat Panen Raya Beras Impor di salah satu gudang Perum Bulog. (Foto: klikpositifcom)

RADARBANGSA.COM - Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA), Arief Prasetyo Adi menjamin bahwa importasi beras akan langsung distop saat panen raya dimulai pada Maret mendatang guna menjaga harga di tingkat petani.

"Nanti di bulan Maret itu sudah mulai panen 3,5 juta ton di atas kebutuhan nasional sebesar 2,5 juta ton per bulan, sehingga pada saat itu kita akan stop impor. Kita akan stop impor dan serap beras padi lokal untuk tetap mempertahankan harga di tingkat petani itu baik," kata Kepala Bapanas Arief dalam keterangannya dikutip Kamis, 1 Februari 2024.

Ia mengungkapkan, menurut Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) diperkirakan produksi beras di Maret nanti dapat menyentuh angka 3,5 juta ton. Angka tersebut telah melebihi kebutuhan konsumsi nasional beras sebulan yang sejumlah 2,5 juta ton.

Arief pun menampik anggapan sebagian pihak bahwa masuknya beras yang berasal dari pengadaan luar telah memukul harga gabah di tingkat petani. Menurutnya, justru Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) di Desember 2023 dinilai BPS mengalami peningkatan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

"Jadi kalau ada yang menyampaikan harga di tingkat petani jatuh di bawah, tidak benar. Hari ini confirmed, harga di tingkat petani, NTPP itu harga terbaik itu, di tahun ini. Harga di petani tinggi, gabah di atas Rp7.000, ada yang Rp8.000," ujar Arief.

Kemudian di hilir, terangnya, karena harga gabah mencapai Rp7.000 maka harga beras akan menjadi dua kali lipat. Sehingga harga beras berkisar Rp14.000 hingga Rp16.000.

Lebih lanjut Arief berharap dampak perekonomian terkait penguatan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikelola Perum Bulog sangat baik jika dipenuhi dari pengadaan dalam negeri saja.

"Kalau kita sekarang mengimpor (beras) 2 juta ton, itu butuhnya bisa sekitar Rp20 triliun. Kita sekarang inginnya setelah ini, kegiatan ekonominya ada di Indonesia. Kalau ini adanya di desa-desa, di tempat kita punya sentra produksi, itu akan sangat baik buat kita," tuturnya.


Berita Terkait :