Dolar Menguat Dipicu Perbaikan Data Ketenagakerjaan AS

Anata Lu’luul Jannah | Senin, 13/02/2023 11:19 WIB
Dolar Menguat Dipicu Perbaikan Data Ketenagakerjaan AS Mata uang Dolar AS terus menguat hingga Rp 14.999 per dolar, Rabu (5/9). (Foto: tribunnewscom)

RADARBANGSA.COM - Indeks Dolar (DXY) menguat sejak lima pekan terakhir di tengah meningkatnya prediksi pengetatan kebijakan moneter. 

Menurut laporan Reuters, di Tokyo, Indeks DXY – yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama termasuk yen, euro dan sterling – bertambah 0,068% menjadi 103,65, tetap mendekati 103,96, level terkuat sejak 6 Januari yang disentuh pekan lalu.

Dolar AS naik 0,18% menjadi 131,63 yen, meski berada dalam kisaran minggu lalu, yakni 129,80 hingga 132,90.

Euro melemah 0,06% menjadi USD1,0669, sementara sterling terakhir diperdagangkan pada posisi USD1,2044, berkurang 0,12%.

Aussie turun 0,13% menjadi USD0,6910, dan kiwi Selandia Baru kehilangan 0,08% menjadi USD0,6306.

Yen tergelincir dengan pemerintah menetapkan untuk mencalonkan seorang kandidat yang mendukung pengaturan kebijakan saat ini sebagai Gubernur Bank of Japan yang baru, Selasa.

Dolar Australia dan Selandia Baru yang sensitif terhadap risiko melempem bersama ekuitas Asia di tengah kekhawatiran bahwa suku bunga AS yang lebih tinggi akan menghambat pertumbuhan. Poundsterling juga tertekan,

"Saya pikir pasar lebih khawatir tentang risiko kenaikan inflasi, daripada risiko penurunan,” kata Shinichiro Kadota, analis Barclays di Tokyo.

Menjelang laporan IHK Selasa, revisi kumpulan data sebelumnya menunjukkan harga konsumen naik pada Desember, bukannya turun seperti perkiraan sebelumnya

Sementara itu Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Mengutip data Bloomberg, Senin pukul 09.10 WIB, kurs rupiah tengah diperdagangkan pada level Rp15.216 per dolar AS, anjlok 83 poin atau 0,55% apabila dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot Jumat sore kemarin di level Rp15.133 per dolar AS.

Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan nilai tukar rupiah masih berpotensi tertekan hari ini terhadap dolar AS dengan berkembangnya kekhawatiran pasar terhadap potensi kebijakan moneter Bank Sentral AS yang lebih ketat. 

"Ini karena membaiknya situasi ketenagakerjaan AS yang berpotensi menaikan inflasi AS lag," kata Ariston dalam keterangan tertulis, pagi ini.

Membaiknya situasi ketenagakerjaan AS berpotensi meningkatkan konsumsi dan berujung pada kenaikan inflasi. Padahal inflasi AS masih jauh dari target 2%.