Pertumbuhan PDB Indonesia Triwulan III Diprediksi Melambat

Anata Lu’luul Jannah | Rabu, 03/11/2021 16:50 WIB
Pertumbuhan PDB Indonesia Triwulan III Diprediksi Melambat Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (gambar: gurupendidikan.co.id)

RADARBANGSA.COM - Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal ketiga diperkirakan melambat secara signifikan. Pemberlakukan pembatasan untuk mencegah penyebaran virus korona varian Delta mengerem pemulihan yang baru terbentuk.

Menurut perkiraan median 21 ekonom dalam jajak pendapat Reuters, setelah melaporkan pertumbuhan tahunan sebesar 7,07% pada kuartal kedua, terkuat dalam hampir dua dekade, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 3,76% pada periode Juli-September (yoy). 

Jika terealisasi, capaian itu akan jauh di bawah perkiraan pemerintah terbaru untuk pertumbuhan kuartal ketiga sebesar 4,5%.

Polling Reuters memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB), yang akan dirilis pada 5 November nanti akan berkisar antara 1,6% hingga 5,2%. Kisarab tersebut menunjukan ketidakpastian yang meluas seputar dampak pandemi terhadap ekonomi Indonesia. Secara kuartalan, pertumbuhan kuaral III diperkirakan melambat menjadi 1,80% dari 3,31% pada kuartal kedua.

"Pemerintah terpaksa memperketat langkah-langkah pada kuartal terakhir untuk membendung lonjakan kasus virus, dan kami memperkirakan sektor jasa akan terpukul sangat keras," kata Alex Holmes, ekonom Asia di Capital Economics.

"Bahkan setelah pandemi berakhir, krisis akan meninggalkan warisan utang yang lebih tinggi, neraca yang terganggu, dan kebangkrutan. Ini berarti PDB sulit untuk mendapatkan kembali jalur sebelum krisis," imbuhnya, seperti dikutip Reuters, Rabu 2 November 2021.

Untuk saat ini, Indonesia diuntungkan oleh lonjakan ekspor berkat lompatan permintaan komoditas. Kenaikan harga yang menyertainya menjenjikan surplus perdagangan yang lebih besar dari yang diekspektasikan pada September lalu.

Ekspor yang kuat dapat membantu meredam beberapa dampak ekonomi negatif dari pandemi, kata para ekonom.

"Aktivitas ekonomi mulai pulih setelah pelonggaran pembatasan virus di akhir kuartal ketiga, dengan indikator seperti mobilitas, kepercayaan konsumen, permintaan pinjaman, dan indeks PMI menunjukkan peningkatan," kata Krystal Tan, ekonom di ANZ.

"Hasilnya adalah ekonomi Indonesia secara bertahap mendapatkan kembali pijakan yang lebih baik dan kenaikan harga komoditas merupakan keuntungan bagi ekonomi yang kaya sumber daya," Tan menambahkan.

Surplus perdagangan yang lebih besar juga dapat membantu Indonesia mempersempit defisit transaksi berjalannya, dan membuat pasar keuangannya tidak terlalu rentan terhadap arus keluar modal. Kondisi ini akan memungkinkan Bank Indonesia untuk mempertahankan kebijakan moneter yang akomodatif lebih lama.

BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga kebijakan utamanya tidak berubah pada rekor terendah 3,50% hingga kuartal ketiga 2022, jajak pendapat terpisah Reuters menunjukkan.


Berita Terkait :