Riset: Proyek Hilirisasi Batu Bara Hanya Akan Rugikan Negara Dua Kali Lipat

Anata Lu’luul Jannah | Kamis, 12/11/2020 17:01 WIB
Riset: Proyek Hilirisasi Batu Bara Hanya Akan Rugikan Negara Dua Kali Lipat Industri Pertambangan (Doc: M Bisnis)

RADARBANGSA.COM - Lembaga kajian internasional, Institute for Energy Economics and Financial (IEEFA) melaporkan jika pabrik gasifikasi batubara Indonesia diprediksi kehilangan USD 377 juta dolar setiap tahun.

Analis Keuangan Energi, Ghee Peh mengatakan bahwa dengan fakta kontraksi ekonomi saat ini, tidak tepat bagi Indonesia untuk mensubsidi proyek hilirisasi batubara.

“Harga sekarang di bawah titik impas untuk semua kecuali satu dari 11 perusahaan batubara Indonesia yang terdaftar,” kata Peh dikutip dalam laporan resmi IEEFA, Kamis 12 November 2020.

Ghee Peh lantas mengatakan bahwa mensubsidi proyek hilir tersebut juga tidak masuk akal secara ekonomi.

“Mensubsidi pabrik gasifikasi batu bara menjadi DME yang hasilnya merugi akan sulit dibenarkan,” imbuhnya.

Peh memaparkan kerugian ini berasal dari usulan BUMN Tambang, PT Bukit Asam (PTBA) yang ingin mengganti LPG dengan Dimethyl Ether (DME). Namun hal ini justru dinilai akan merugikan pengeluaran Indonesia dua kali lipat.

“Perhitungan kami menunjukkan biaya produksi DME hampir dua kali lipat dari harga impor LPG saat ini. Total biaya pabrik DME akan menjadi USD 470 per ton,  hampir dua kali lipat dari yang dibayarkan Indonesia untuk impor LPG di USD 19 juta,” imbuhnya.

IEEFA menyimpulkan bahwa pada akhirnya Proyek DME tidak layak diteruskan secara ekonomi.

"Pemerintah Indonesia, sudah menanggung beban banyak untuk bantuan di sektor batu bara dan harusnya sekarang tidak membutuhkan proyek lain yang membuat saldo banknya menjadi merah,” tukasnya.

TAG : LPG , DME , Batubara

Berita Terkait :