LSN 2017

Liga Santri Konsep Sepakbola Akhlakul Karimah

Rahmad Novandri | Jum'at, 20/10/2017 10:36 WIB
Liga Santri Konsep Sepakbola Akhlakul Karimah Pemain Liga Santri cium tangan wasit sebelum bertanding.

JAKARTA, RADARBANGSA.COM - Lazim kita saksikan dalam pertandingan sepakbola sering terjadi insiden seperti pemain yang marah bahkan memukul wasit saat dihadiahi kartu kuning atau kartu merah. Kemudian keributan antar suporter akibat yel-yel yang saling ejek hingga terjadi kekerasan diluar pertandingan.

Namun, hal tersebut tidak ditemukan kala menyaksikan pertandingan Liga Santri Nusantara (LSN). Sebagai contoh, insiden yang menimpa seorang pemain bernama Aldo dari klub Al-Asy’ariyah (LSN 2016). Saat itu, Aldo melakukan pelanggaran dengan menekel pemain lawan, wasit pun menghadiahi kartu merah padanya. Namun, wasit cukup terkejut dengan tingkah Aldo yang seketika itu langsung mencium tangan wasit justru ketika ia harus menerima kenyataan diusir sang wasit.

Begitu juga yel-yel dari suporter yang menggema di stadion, bukan ejekan atau hinaan, melainkan asmaul husna dan sholawat yang mengudara.

Penasihat LSN Mohamad Kusnaeni mengatakan, pemandangan di lapangan hijau seperti mencium tangan, dan pembacaan sholawat merupakan bagian dari ciri yang dikedepankan dalam kompetisi LSN ini, yakni sepak bola yang berakhlakul karimah. Menurutnya, sifat-sifat baik yang diajarkan pondok pesantren pada pemain sudah seharusnya diimplementasikan saat berlaga di lapangan hijau.

“Menghormati (keputusan) wasit, menghormati lawan itu kan bagian dari pendidikan moral yang ditanamkan ketika mereka mondok,” kata pria yang akrab dipanggil Bung Kus ini seperti dikutip nu.or.id.

Lebih dari itu, pada tahun ini para pemain juga diharapkan berusaha untuk menghindari pelanggaran yang dapat menciderai lawan.

“Karena salah satu yang kita tekankan adalah sepak bola ini untuk membangun persahabatan, sepak bola ini untuk memberi kesehatan bagi para pemian. jadi kalau samapai menciptakan masalah dengan adanya cidera itu kan merugikan bagi mereka,” ujar Bung Kus.

Begitu pula dalam hal yel-yel. Menurut dia, hal tersebut menjadi bagian yang ditekankan dari konsep sepak bola akhlakul karimah.

“Akhlakul karimah kan tidak hanya dalam bentuk perbuatan, tapi juga melalui perkataan yang baik (yel-yel),” tukasnya.

Ia memaparkan, penyelenggara menekankan kepada para supporter agar yel-yel yang menggema di stadion bersifat memberi dukungan bagi klub kesayangannya, dan menjauhi yel-yel yang sifatnya memprovokasi atau merendahkan klub lawan.

“Bahkan lebih jauh lagi kami mendorong para santri yang hadir mendukung tim kesayangannya tersebut lebih baik memanjatkan doa dalam bentuk sholawat atau puji-pujian kepada nabi. Dan itu saya pikir hal yang kemudian menjadi trade mark dari penyelenggaraan LSN di berbagai daerah,” tutur Bung Kus.


Berita Terkait :