
RADARBANGSA.COM - Konflik Palestina-Israel menjadi bahan penelitian menarik bagi Tenaga Ahli (TA) Fraksi PKB DPR RI Eneng Ervi Siti Zahroh Zidni. Khususnya terkait peran NU dalam mewujudkan perdamaian dunia. Berkat penelitiannya itu, dia berhasil meraih gelar doktor dari Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI).
Menurut Ning Ervi, sapaan akrab Eneng Ervi Siti Zahroh Zidni, konflik Israel-Palestina merupakan isu kemanusiaan global yang kompleks, berkepanjangan, dan melibatkan banyak aktor internasional, dengan dampak pelanggaran HAM serius dan belum terselesaikan meski banyak upaya diplomasi formal telah dilakukan.
Konflik Israel-Palestina membutuhkan pendekatan baru di luar diplomasi negara, di mana NU sebagai aktor non-negara berbasis agama memiliki sejarah, legitimasi, dan kapasitas unik untuk berkontribusi pada resolusi damai dan advokasi kemerdekaan Palestina melalui diplomasi multi-jalur, aksi kemanusiaan, dan solidaritas lintas agama. Namun, peran strategis ini masih kurang dikaji secara akademik dan perlu dianalisis secara mendalam
Dia pun melakukan analisis secara mendalam kontribusi, strategi, efektivitas, serta tantangan dan prospek peran NU sebagai aktor non-negara dalam mendorong resolusi damai konflik Israel-Palestina dan perdamaian dunia secara lebih luas.
"Penelitian ini juga bertujuan memberikan pemahaman komprehensif tentang potensi diplomasi berbasis agama dan masyarakat sipil dalam menciptakan perdamaian berkelanjutan di kawasan konflik internasional," terangnya.
Penelitian ini dibatasi pada periode 1994–2023, berfokus pada NU sebagai aktor non-negara. Jenisnya adalah studi kasus eksplanatori, yang memungkinkan penelusuran hubungan kausal melalui analisis mendalam kondisi nyata.
Hasil penelitian disertasinya menemukan bahwa NU berperan sebagai Non-State Actor (NSA) dalam perdamaian dunia. NU melakukan berbagai pendekatan dalam mewujudkan resolusi konflik Israel-Palestina. Yaitu diplomasi yang dilakukan secara kelembagaan, diplomasi yang dilakukan oleh tokoh NU, filantropi dan gerakan sosial keagamaan.
"Konsistensi NU terlihat sejak tahun 1938 pada Muktamar ke-13 di Menes Banten, gerakan sosial keagamaan seperti Pekan Rajabiyah dengan berhasil menghimpun dana sebesar 1314,31 Gulden Hindia-Belanda dalam program Falistina Fond. Qunut nazilah dan gerakan keagamaan lainnya," ungkap Ning Ervi.
Peran NU sebagai NSA dalam kasus Israel-Palestina dijalankan melalui pendekatan diplomasi jalur kedua (second track diplomacy) dan multi-track diplomacy, yang mengintegrasikan strategi seperti dialog antaragama, advokasi kemanusiaan, serta dukungan terhadap hak-hak dan perjuangan rakyat Palestina. Khususnya keterlibatan dalam Shimon Peres Foundation.
"Ini menjadi bukti langsung yang menentang pandangan Samuel P. Huntington mengenai “Islam's Bloody Borders”. Dengan bekerja sama secara konstruktif bersama tokoh-tokoh Yahudi-Israel untuk mempromosikan perdamaian, NU membuktikan bahwa garis patahan antar peradaban justru dapat bertransformasi menjadi jembatan yang memungkinkan terjadinya dialog yang substansial," papar Ning Ervi.
Dalam sidang terbuka doktoral di Ruang Auditorium SKSG Kampus UI Salemba, Selasa (1/7/2025), Ning Ervi berhasil mempertahankan disertasinya dan berhak menyandang gelar doktor dalam bidang kajian stratejik dan global.
Hadir dalam sidang terbuka Rustini Murtadho, istri Ketua Umum PKB yang juga Menko Pemberdayaan Masyarakat (PM) Abdul Muhaimin Iskandar, anggota DPR RI Fraksi PKB Ida Fauziyah, dan tokoh lainnya.