Muncul Isu Pungli Perpisahan di SMAN 21 Jakarta, Kang Oleh: Itu Fitnah

M. Isa | Kamis, 01/05/2025 07:16 WIB
Muncul Isu Pungli Perpisahan di SMAN 21 Jakarta, Kang Oleh: Itu Fitnah Oleh Soleh (Anggota Komisi I DPR RI FPKB). (Foto: istimewa)

RADARBANGSA.COM - Anggota DPR RI Fraksi PKB Oleh Soleh merespon berita yang menyebut adanya dugaan pungutan liar (Pungli) biaya perpisahan siswa di SMAN 21 Jakarta Timur. Dia menegaskan bahwa kabar itu fitnah dan tidak benar alias hoaks. Sekolah tidak pernah memaksa anak untuk membayar uang perpisahan.

"Saya sebagai keluarga besar SMAN 21 dan sebagai wali siswa kaget dengan berita skandal pungli di balik perpisahan siswa. Saya merasa tidak nyaman dengan pemberitaan itu," terang Kang Oleh, sapaan Oleh Soleh, Selasa (25/4/2025).

Kang Oleh pun langsung melakukan klarifikasi kepada Kepala SMAN 21, para guru, dan panitia acara perpisahan. Dia pun mendapatkan keterangan yang komprehensif bahwa berita itu merupakan fitnah, berita yang dibuat-buat, dan kejadiannya tidak ada.

Panitia perpisahan, kata Kang Oleh, malah ingin memberikan contoh yang baik kepada Komite Sekolah agar tidak membebani siswa. Sebab, sebelumnya Komite Sekolah memanfaatkan kesempatan dengan mengambil untung dari berbagai kegiatan siswa.

Misalnya, lanjut Kang Oleh, dalam acara perpisahan kali ini, Komite Sekolah mematok biaya perpisahan sebesar Rp 2,7 juta. Para siswa pun protes dengan kebijakan Komite Sekolah yang memberatkan itu. Sebab, para siswa hanya mampu menanggung biaya perpisahan sebesar Rp 800 ribu. 

"Itu kan sangat jomplang sekali. Anak-anak milenial sekarang kritis sekali. Mereka protes dengan kebijakan itu," ucapnya.

Legislator asal Dapil Jawa Barat XI itu menegaskan bahwa isu pungli itu merupakan berita fitnah, berita hoaks, dan berita yang berasal dari oknum-oknum Komite Sekolah yang ingin mengambil keuntungan secara sepihak.

Kang Oleh menegaskan, masalah yang terjadi di SMAN 21 harus menjadi pelajaran bagi semua sekolah dalam memilih Komite Sekolah. Pemilihan anggota Komite Sekolah harus dilakukan secara profesional dan dilakukan validasi secara baik.

"Itu dilakukan untuk menghindari dari pihak-pihak yang mengambil keuntungan dari kegiatan siswa," beber Kang Oleh.

Dia menambahkan bahwa kegiatan perpisahan siswa itu merupakan momen yang langka dan sekali seumur hidup. Maka, sebagai orang tua siswa, Kang Oleh mendukung kegiatan tersebut, dengan biaya sukarela tanpa ada paksaan.

"Saya sudah menyampaikan ke panitia, tidak boleh ada paksaan. Jika ada siswa yang kurang mampu, mereka tetap bisa ikut acara tanpa ada paksaan membayar biaya perpisahan," pungkasnya.