The Indonesian Institute: Stop `Gimmick` Gak Penting, Anak Muda Butuh Perubahan

M. Isa | Kamis, 30/11/2023 18:48 WIB
The Indonesian Institute: Stop `Gimmick` Gak Penting, Anak Muda Butuh Perubahan Diskusi daring Indonesian Institute (foto: istimewa)

RADARBANGSA.COM - Berdasarkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang dirilis oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), sebanyak 50 persen lebih pemilih pada Pemilu 2024 mendatang berasal dari generasi millenial dan gen z dengan rentang usia 17-30 tahun.

Menanggapi hal tersebut, The Indonesian Institute mengadakan jajak pendapat yang dilaksanakan dari tanggal 6 Oktober 2023 sampai dengan 31 Oktober 2023, dengan total responden sebanyak 93 orang dari rentang usia 17-30.

Hasil dari angket tersebut kemudian dipresentasikan dalam diskusi daring Initiative!, yang dalam hal ini diwakilkan oleh Felia Primaresti, Peneliti Bidang Politik, The Indonesian Institute. Felia menyampaikan temuan menarik bahwa terdapat tiga isu utama yang menjadi sorotan anak muda. Ketiga isu tersebut adalah: pemberantasan korupsi, pemerataan pendidikan dan pengendalian harga bahan pokok.

"Sayangnya, isu ini belum banyak dibahas ketiga capres dan mereka justru malah fokus dengan metode kampanye gimmick, seperti joget, lari, atau slepet sarung,” tambahnya dalam acara Initiative!(30/11/2023).

Selaras dengan Felia, Bilal Sukarno selaku Koordinator Warga Muda dan juga Fara Olivia selaku Sekretaris dari Citizen OS Indonesia, menyampaikan bahwa memang keresahan anak muda belum banyak diwadahi capres, metode pendekatannya pun belum tepat.

Fara mengatakan masih seringkali terdapat kontradiksi antara program yang dikatakan capres dengan kenyataan yang mereka lakukan, "Ini misalnya dilihat dari bagaimana capres menekankan isu lingkukan, namun mereka berkampanye dengan memasang baliho yang notabene juga mengotori lingkungan,” ujar Fara dalam rilis yang diterima redaksi.

Sementara, Bilal menekankan pentingnya pendekatan dan metode pendidikan politik yang relevan dengan anak muda. Hal ini ia lakukan bersama teman-temannya di Warga Muda.

"Selama ini kami menggunakan metode pendekatan pop culture untuk bisa masuk dalam advokasi dan pendidikan politik. Bawa sesuatu yang relate dengan anak muda,” kata Bilal dalam acara tersebut.

Oleh karena itu, ketiganya sepakat untuk terus mendorong pendidikan politik pemilih yang substantif dan relevan.