Refleksi Akhir Tahun 2020, ini Catatan PBNU

Rahmad Novandri | Selasa, 29/12/2020 20:20 WIB
Refleksi Akhir Tahun 2020, ini Catatan PBNU Logo Nahdlatul Ulama. (Foto: istimewa)

RADARBANGSA.COM - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menyampaikan butir-butir refleksi dan tausiyah kebangsaan dalam rangka menutup lembaran 2020 serta menyongsong fajar 2021.

Butir refleksi itu di antaranya adalah mengenai politik kebangsaan, keadilan sosial, keadilan dan hukum, serta penanggulangan Pandemi COVID-19. Refleksi dan taushiyah kebangsaan ini disampaikan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, di Kantor PBNU Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, Selasa, 29 Desember 2020.

Pada 2020 ini, Kiai Said mengatakan bahwa bangsa Indonesia masih menyaksikan sikap intoleransi yang masih merebak. Bahkan cenderung meningkat. Oleh karena itu, PBNU mengingatkan semua pihak agar kembali kepada jati diri bangsa.

“Jati diri yang menghargai kemajemukan, pluralitas serta heterogenitas yang dirumuskan dalam konsensus agung bernama Pancasila yang dibangun di atas bingkai Bhinneka Tunggal Ika,” tegas Kiai Said.

PBNU memandang bahwa perbedaan harus menjadi energi untuk memproduksi kekuatan kolektif sebagai sebuah bangsa. Bukan justru dijadikan sebagai benih untuk menumbuhkan perpecahan.

“Kebinekaan harus menjadi kekuatan bangsa. Kebinekaan tidak boleh menjadi anasir destruktif yang berkontribusi bagi rusaknya persatuan dan kesatuan bangsa,” lanjutnya.

Ditegaskan Kiai Said, PBNU masih melihat bahwa orientasi pembangunan ekonomi belum dijalankan dalam bingkai untuk memajukan kesejahteraan umum. Termasuk menciptakan kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi rakyat Indonesia.

PBNU memandang bahwa watak pembangunan ekonomi masih sangat eksklusif dan cenderung tidak ada moderasi dalam bidang ekonomi. Sektor ekonomi dalam skala nasional masih hanya bisa dinikmati oleh beberapa orang dalam jumlah yang sangat sedikit.

Kiai Said mengutip data dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) pada 2019. Survei itu menunjukkan bahwa satu persen orang Indonesia menguasai 50 persen aset nasional.

“Terdapat konglomerat di Indonesia yang menguasai lima setengah juta hektar. Bahkan merujuk data dari Oxfam, kekayaan empat orang terkaya di Indonesia setara dengan harta 100 juta orang miskin,” papar Pengasuh Pesantren Luhur Al-Tsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan itu.

Kiai Said menerangkan bahwa pada 2020, terdapat sejumlah produk perundang-undangan yang menimbulkan keagaduhan di ruang publik. Menurutnya, produk legislasi harus menjiwai semangat untuk menghadirkan supremasi keadilan.

“Gelombang penolakan terhadap UU yang dinilai kontroversial harus menjadi bahan renungan serius untuk memperbaiki tata legislasi serta komunikasi politik dan publik yang baik,” ujarnya.

Karenanya, PBNU mendesak pihak-pihak terkait untuk mewujudkan peningkatan mutu regulasi yang dijiwai semangat menghadirkan keadilan. Sebab, keadilan adalah tujuan yang harus dicapai melalui penciptaan regulasi dan penegakan hukum yang jelas, tegas, dan transparan.
“Sehingga kegaduhan dan keriuhan yang menimbulkan gejolak dan friksi di masyarakat akibat ada tafsir yang liar bisa dihindari,” tegas Kiai Said.

Dalam hal penanggulangan dan pengendalian wabah COVID-19, PBNU melihat masih lemahnya koordinasi antara pemerintah pusat dengan daerah. Hal itu terlihat dari sejumlah keputusan terlihat tumpang tindih.

“Bahkan di beberapa kasus terlihat masih ada unsur politik yang melatarbelakangi kebijakan antarelemen pemerintah. Padahal keselamatan jiwa setiap penduduk merupakan prioritas di atas kepentingan politik apa pun,” tutur Kiai Said.

Kurva jumlah warga yang terpapar COVID-19 hingga saat ini masih terus meningkat. Oleh karena itu, PBNU mengajak semua komponen masyarakat untuk lebih meningkatkan kedisiplinan sebagai upaya bersama untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19.

Terkait vaksin COVID-19, PBNU memberikan penghargaan setinggi-tingginya sekaligus mendukung pemerintah dalam upaya melakukan vaksinasi secara gratis kepada masyarakat. Hal ini menujukkan bahwa pemerintah memiliki komitmen yang tinggi dalam menjaga keamanan dan keselamatan nyawa warganya.

Pada kesempatan itu pula, atas nama PBNU, Kiai Said menyampaikan duka sedalam-dalamnya dan memohon kepada Allah agar menerima segala amal bakti yang telah diberikan seluruh pahlawan kesehatan COVID-19. “Pahlawan korban COVID-19 dari para dokter, paramedis, dan korban dari para ulama, pemangku pesantren, para kiai, dan pengurus NU. Juga kepada seluruh masyarakat yang telah meninggalkan dunia, mendahului kita semua akibat wabah ini,” tuturnya.


Berita Terkait :