NASA: Jakarta Diprediksi Akan Tenggelam

Neli Elislah | Jum'at, 16/07/2021 09:55 WIB
NASA: Jakarta Diprediksi Akan Tenggelam Jakarta akan tenggelam (foto:NASA)

RADARBANGSA.COM - The National Aeronautics and Space Administration (NASA) pada laman resminya menyebutkan Jakarta adalah wilayah yang sangat beresiko tenggelam. Penyebabnya dari kombinasi banyak faktor, perubahan iklim, jumlah penduduk yang terus bertambah, juga eksploitasi air di ibu kota RI itu.

"Dengan meningkatnya suhu global dan pencarian lapisan es, banyak kota pesisir menghadapi risiko banjir yang semakin besar. Itu dikarenakan kenaikan permukaan air laut," tulis NASA.

Lembaga antariksa AS itu juga menunjukkan data Jakarta sejak dulu hingga sekarang yang menjadi langganan banjir. Sejak tahun 1990, banjir besar Jakarta rutin terjadi dalam beberapa tahun. Selain karena benteng alam di daratan rendah dan adanya sungai besar, perubahan fungsi area di pinggir sungai juga membuat banjir Jakarta semakin parah.

Perubahan itu di catat NASA melalui citra dari luar angkasa atau landsat. Perbandingan landsat Jakarta pada tahun 1990 dan 2020 sangat mencolok. Melalui foto tersebut, Jakarta mengalami evolusi yang nampak jelas dalam tempo tiga dekade terakhir.

Dari foto landsat itu, bisa dilihat adanya hilangnya hutan dan vegetasi di sepanjang Sungai Ciliwung dan Cisadane. Area itu beralih menjadi pemukiman.

Setelah tidak ada vegetasi dan hutan setelah menjadi pemukiman, luapan kedua sungai itu pun tidak lagi memiliki area penyerapan. Area itu kemudian justru berkontribusi terhadap limpasan dan banjir bandang.

"Musim hujan pada tahun 2007 membawa banjir yang sangat merusak dengan lebih dari 70 persen kota terendam," NASA membeberkan.

"Dengan populasi di Jakarta meningkat lebih dari dua kali lipat antara tahun 1990 dan 2020 menjadikan lebih banyak orang memadati dataran banjir yang berisiko tinggi," begitulah keterangan NASA.

Dari landsat tahun 1990 dan 2019 terlihat munculnya lahan buatan dan pembangunan di perairan Teluk Jakarta. Menurut salah satu analisis data landsat, setidaknya sudah ada 1.185 hektar lahan buatan di sepanjang pantai.

"Sebagian besar lahan itu digunakan untuk pembangunan perumahan kelas atas dan lapangan golf," ujar Dhritiraj Sengupta, peneliti penginderaan jauh di East China Normal University.

Lahan buatan atau reklamasi itu memiliki risiko tinggi. Menurut Sengupta, Jakarta tak bisa menghindar dan melawan kenaikan permukaan laut serta gelombang badai.

"Pulau-pulau buatan seringkali merupakan jenis tanah yang paling cepat turun, karena pasir dan tanahnya mengendap dan menjadi padat seiring waktu," kata Sengupta.

Satelit dan sensor berbasis darat mencatat sebagian Jakarta Utara mengalami penurunan puluhan milimeter per tahun. Di pulau reklamasi baru, angka itu cukup tinggi, hingga 80 milimeter, per tahun.

Saat ini, pulau-pulau reklamasi berisi perumahan yang dibangun oleh Pembangunan Terpadu Pesisir Jakarta. Ini adalah upaya yang dilakukan untuk melindungi kota dari banjir dan mendorong pembangunan ekonomi.

Inisiatif utamanya adalah pembangunan tanggul laut raksasa dan 17 pulau buatan baru di sekitar Teluk Jakarta. Meskipun pengerjaan proyek dimulai tahun 2015, berbagai masalah tak terhindarkan dan justru memperlambat konstruksi.

Selain itu langkah pemindahan ibukota ke Kalimantan diharapkan dapat bisa membawa perubahan pada Jakarta yang semakin padat terendam.

"Rencana untuk membangun tembok laut besar atau seawall masih ada, tetapi mungkin tidak akan cukup untuk mempertahankan status quo di Jakarta," tulis NASA.