Kabar Hasil Lab Uji Sampel Burung Pipit yang Mati Massal

Neli Elislah | Kamis, 16/09/2021 12:33 WIB
Kabar Hasil Lab Uji Sampel Burung Pipit yang Mati Massal Kematian Burung Pipit Massal (foto:detik)

RADARBANGSA.COM - Fenomena burung pipit yang mati berjatuhan secara massal di area Balai Kota Cirebon telah di ambil uji sampelnya dan diteliti. Dari rapid test Avian Influenza dan pengujian PCR untuk flu New Castle (ND), menunjukkan hasil negatif atau tidak terpapar virus.

Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat (DKPP Jabar) berkoordinasi dengan DKKP Cirebon, Rumah Sakit Hewan Provinsi Jabar dan Balai Kesehatan Hewan dan Kemasvet di Losari Subang untuk memeriksa burung pipit mati massal di Balkot Cirebon pada 14 September.

"Tim dari Subang dan Cirebon langsung turun ke lapangan untuk memeriksa. Informasi yang dikumpulkan burung pipit ditemukan mati jam setengah tujuh di bawah pohon sawo kecil yang menjadi sarang burung pipit," ujar Kepala DKPP Jabar Jafar Ismail saat dilansir detik.com, Kamis, 16 September 2021.

"Jadi bukan karena Avian Influenza, kemungkinan dari fenomena alam yang ekstrem itu kesimpulan sementara, karena uji bakteriologis masih belum kita terima hasilnya," kata Jafar menambahkan.

Ia menjelaskan burung pipit merupakan hewan yang tinggal berkoloni di pepohonan. "Ada pegawai juga yang mengumpulkan burung pipit yang masih hidup dan basah, kemudian dia keringkan. Setelah kering, burung pipit itu bisa terbang kembali," ujar Jafar.

Sementara, fenomena burung pipit yang mati berjatuhan secara massal ini juga terjadi di Gianyar, Bali. Proses pengujian di laboratorium masih berjalan. 

Menurut pendapat ahli, profesor di Fakultas Kedokteran Hewan, IPB University, I Wayan Teguh Wibawan menyebut kematian mendadak dan bersamaan burung-burung bertubuh dan patuk kecil itu sebagai fenomena sudden death. Menurutnya, ada beberapa kemungkinan penyebabnya.

Selain stress dan keracunan seperti yang sudah disebut pula oleh beberapa kalangan sebelumnya, Wayan memunculkan kemungkinan penyebab lain yakni hipoksia atau kekurangan kadar oksigen dalam darah. "Ada beberapa penyebabnya, salah satunya adalah hipoksia karena burung pipit itu kan jenis burung yang bergerombol di mana pun mereka berada,” kata Wayan dilansir Tempo.co, Kamis, 16 September 2021.

Wayan menunjuk kemungkinan perubahan cuaca sebagai pemicu. Burung pipit disebutnya jenis unggas yang biasa hidup di cuaca hangat.  “Ini bisa juga karena kedinginan, terus mereka berjubel satu sama lain dan dalam kondisi seperti itu hipoksia atau kekurangan oksigen bisa saja terjadi."

Seperti yang terjadi di Gianyar, Bali, pada Jumat pekan lalu, dan viral di media sosial, Wayan menerangkan, kematian massal burung pipit ditemukan di antara dua pohon asam. "Kemungkinan bisa saja, burung itu berebut oksigen antar habitatnya juga dengan pohon yang mereka hinggapi untuk oksigennya,” ucapnya. 

Faktor kelelahan juga diperhitungkannya. Secara teoritis, Wayan menjelaskan, bisa saja kawanan burung itu mengalami fenomena sudden death karena kelelahan dan stress. Saat di satu daerah mengalami cuaca dingin maka burung-burung itu melakukan migrasi yang jauh mencari tempat-tempat yang hangat sesuai habitat mereka.

Setelah melakukan perjalanan atau penerbangan jauh itu, burung-burung itu satu atau dua diantaranya kelelahan dan mati. Sebab kematian itu, membuat stress kawanan burung pipit lainnya. "Itu secara teoritis ya," katanya sambil menambahkan koleganya di Balai Veteriner Denpasar, Bali, sedang melakukan pemeriksaan penyebab pasti fenomena itu. "Kita tunggu hasilnya nanti apa,” kata Wayan.


Berita Terkait :