Facebook Beralih Jadi Perusahaan Metaverse, Apa Itu Metaverse?

Neli Elislah | Rabu, 18/08/2021 16:52 WIB
Facebook Beralih Jadi Perusahaan Metaverse, Apa Itu Metaverse? CEO Facebook, Mark Zuckerberg (Doc: Koinworks)

RADARBANGSA.COM - CEO Facebook Mark Zuckerberg baru-baru ini mengumumkan Facebook bukan lagi hanya sebagai perusahaan media sosial dan akan berubah menjadi perusahaan metaverse. Hal ini bertujuan untuk menggabungkan dunia nyata dan virtual atau disebut "internet yang dibuat nyata".

Metaverse memiliki maksud sebagai realitas digital alternatif tempat orang bekerja, bermain dan bersosialisasi. Dapat juga disebut mirror world, AR cloud, magic verse, internet spasial, atau live maps.

Melansir dari New Scientist, kata metaverse adalah kombinasi dari dua kata dari awalan "meta" yang berarti di luar dan "universe" atau alam semesta.

Istilah ini digunakan sebagai gambaran konsep interaksi internet masa depan, yang terdiri dari ruang virtual 3D yang persisten dan terbagi kemudian dihubungkan ke dunia virtual yang dirasakan.

Manusia sudah mengembangkan banyak teknologi untuk mengelabui indera kita, mulai dari speaker, audio, televisi hingga video game interaktif dan Virtual Reality (VR. Di masa depan kita dapat mengembangkan alat untuk mengelabui indera kita yang lain seperti sentuhan dan penciuman.

Kata-kata seperti "internet" dan "dunia maya" sudah dihubungkan dengan tempat-tempat yang kita akses melalui layar. Mereka tak cukup menangkap jalinan internet yang stabil dengan realitas virtual, seperti dunia game 3D atau kota virtual, dan AR sebagai hamparan navigasi.

Banyak akademisi yang sudah menulis ide serupa terkait dengan nama "extended reality" selama bertahun-tahun. Namun, nama tersebut agaknya terdengar membosankan.

"Metaverse", diciptakan oleh penulis fiksi ilmiah Neal Stephenson dalam novelnya tahun 1992 berjudul "Snow Crash,". Penulis memiliki kebiasaan mengenali tren yang diberi nama seperti "Cyberspace" yang berasal dari buku tahun 1982 karya William Gibson; "robot" berasal dari drama 1920 karya Karel Apek.

Neologisme baru-baru ini seperti "cloud" atau "Internet of Things" sudah erat kaitannya pada kita. Hal tersebut merupakan cara praktis untuk merujuk pada teknologi yang menjadi semakin penting. Metaverse duduk dalam kategori yang sama.

Namun, rasanya sulit untuk tak berpikir tentang bagaimana teknologi baru ini akan membentuk masyarakat, politik, dan budaya kita, dan bagaimana kita dapat menyesuaikan diri dengan masa depan tersebut.

Gagasan ini disebut "determinisme teknologi", yang merupakan pengertian dari kemajuan teknologi yang membentuk hubungan sosial, hubungan kekuasaan, dan budaya umat manusia.


Berita Terkait :