PKB 27 Tahun: Dari Pesantren, Menjawab Tantangan Indonesia Patriotik dan Produktif

Redaksi | Minggu, 20/07/2025 13:48 WIB
PKB 27 Tahun: Dari Pesantren, Menjawab Tantangan Indonesia Patriotik dan Produktif Zaenuddin Endy (Koordinator Instruktur Pendidikan Kader Penggerak Nusantara (PKPNU) Sulawesi Selatan). (Foto: istimewa)

*Oleh: Zaenuddin Endy

RADARBANGSA.COM - Hari lahir Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ke-27 pada 23 Juli 2025 bukan sekadar seremonial. Ia adalah momen penting untuk menegaskan kembali arah perjuangan politik berbasis nilai. Tema yang diusung tahun ini, “Indonesia Patriotik, Indonesia Produktif,” bukan slogan kosong, tapi kompas moral sekaligus agenda kerja bagi masa depan Indonesia.

Dalam arus deras pragmatisme politik yang kian vulgar, PKB perlu meneguhkan diri sebagai jangkar nilai. Patriotisme bukan sekadar simbol, tapi wujud komitmen menjaga keutuhan bangsa, merawat keberagaman, dan berdiri di atas kepentingan rakyat kecil. Dalam konteks Indonesia yang majemuk, politik patriotik berarti menolak politik identitas yang memecah belah, serta mengedepankan keadilan sosial bagi semua.

Sebagai partai yang lahir dari rahim pesantren dan Nahdlatul Ulama, PKB memikul warisan besar: Islam wasathiyah, Islam moderat yang menjunjung toleransi, keadilan, dan kemanusiaan. Di tengah krisis kepercayaan publik terhadap partai politik, nilai-nilai ini menjadi oase penyejuk di padang polarisasi yang kian kering makna.

Namun, patriotisme saja tak cukup. Indonesia membutuhkan lompatan produktif. Bonus demografi, transformasi digital, dan krisis ekonomi global menuntut keberanian politik yang berpihak pada kemandirian ekonomi rakyat. Di sinilah PKB punya ruang strategis: membangun jembatan antara tradisi pesantren dan inovasi ekonomi masa kini.

Politik produktif berarti memperjuangkan pemberdayaan UMKM, ekonomi pesantren, pertanian, dan sektor informal—pilar-pilar ekonomi riil yang selama ini menjadi penyokong terbesar lapangan kerja. Generasi muda harus didorong bukan sekadar sebagai konsumen teknologi, tapi sebagai inovator yang membawa manfaat bagi bangsa.

Harlah ke-27 ini juga menjadi pengingat: politik bukan hanya soal elektabilitas, tapi soal kebermanfaatan konkret bagi rakyat. PKB harus tetap menjadi kekuatan penyeimbang, penjaga akal sehat demokrasi, sekaligus penggerak politik yang membumi: stabilitas harga pangan, akses pendidikan, layanan kesehatan, dan lapangan kerja yang layak.

Di tahun politik yang makin transaksional, PKB mesti tegas menolak pragmatisme sempit. Politik etis bukan utopia. Ia adalah pilihan jalan panjang yang menuntut konsistensi, keberanian, dan kesetiaan pada nilai. Dengan akar kultural yang kuat, PKB punya modal lebih dari cukup untuk menjadi pelopor narasi jalan tengah: berpihak pada rakyat, berorientasi pada kemajuan bangsa.

Tema “Indonesia Patriotik, Indonesia Produktif” bukan sekadar pesan partai. Ini seruan bagi semua elemen bangsa: mari bangun Indonesia dengan nilai dan kerja nyata. Tanpa patriotisme, kita kehilangan arah. Tanpa produktivitas, kita kehilangan daya saing. Keduanya harus berjalan seiring demi masa depan Indonesia yang lebih adil, sejahtera, dan bermartabat.

Selamat Harlah PKB ke-27. Saatnya meneguhkan kembali jalan politik berbasis nilai, bukan sekadar kekuasaan. 

*Penulis adalah Koordinator Instruktur Pendidikan Kader Penggerak Nusantara (PKPNU) Sulawesi Selatan