Memeriahkan Kembali Kebebasan Membaca dan Berfikir

M. Isa | Selasa, 05/11/2019 07:01 WIB
Memeriahkan Kembali Kebebasan Membaca dan Berfikir Ketua PW GP Ansor Banten, Ahmad Nuri (foto: Istimewa)

Oleh: Ahmad Nuri, Ketua PW GP Ansor Banten

RADARBANGSA.COM - Semua tokoh dengan karya besar pemikiranya yang terus mengalami dialektik, baik dalam dimensi saintik maupun dalam dimensi sosial politik. Dari proses ini kita bisa mengkaji dan mendownload esensi pemikiranya dalam upaya menambah khasanah keilmuan untuk kemajuan peradaban umat manusia.

Dalam kontek pengetahuan yang memiliki relasi dengan politik dan sosial, sah-sah saja mempelajari pemikiran Marxis-Lenin tetang sosialisme-komunisme atau pemikiran David Ricardo, Adam Smith tentang kapitalisme. Pun menggali Pengetahuan dan pemikiran Islam secara sosial politik adalah keharusan sejarah dan kebebasan kembali untuk mencari indahnya elatisitas pemikiran Aswaja yang mengikuti liquli jamanin wal makanin, tawazun, tasamuh, dan konsep-konsep pemikiran aswaja yang berlimpah dari tokoh tauhid imam al asyari, al maturidi, fiqih mazhab empat dan tasauf Imam Al Ghazali.

Pemikiran aswaja ini bisa terus menjadi referensi, litertur dan literasi bagi perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dengan digerakan dalam kontektualitas jaman.

Ada banyak pemikiran Islam yang perlu didalami secara serius untuk mencari benang merah sejarah dan hari ini seperti pemikiran mutakzilah dan kwarij. ini tidak ada larangan untuk mempelajarinya selagi untuk ilmu pengetahuan, tidak ada alasan untuk melarang tentang pemikiran-pemikiran kelanjutan dari hasil pemikir terdahulu seperti Taqiyudin An Nabhani atau Hasan Al Bana yang membuat mazhab baru tentang khilafah.

Mendalami pemikiran Ali Syariati tetang Revolusi Islam Iran yang mendekonstruksi pemikiran Imamah ala syiah dalam konfigurasi kekuasaan Islam itu juga sah-sah saja dilakukan

Atau dalam kontek pemikiran tentang cinta dan perempuan yang memiliki legitimasi formal kita sah mengkaji pemikiran dan ikut mazhab tokoh Islam seperti Bisyrul Hafi al-Marwazi gurunya Imam Ahmad bin Hambal yang semasa hidupnya tidak pernah bercinta dan nikah, beliau setia pada agama dan ilmu pengetahuan atau pemikiran Daud Ad-dhohiry yang memparalelakan cinta secara legitimid melebihi basis nash Al quran yang hanya membatasi empat cinta legitimid.

Semua tentang kebebasan pemikiran itu di isyaratakan dan diharuskan sebagaimana basis nash tentang Iqra, atau berfikir seperti hadist nabi tentang "Tafaqru fikholqillah..."berfiki tentang mahluk dan keagung ciptaan Tuhan dibumi ini asal tidak melewati "Wala tafaqru fidzatillah..." Dan jangan berfikir tentang zatNya. Ini menandakan ada batasan pemikiran dalam hal zatnya Tuhan, tapi dalam batas pemikiran ini juga masih terus di kaji selagi memiliki maslahat dan tidak keluar dari batas yang dapat mereduksi Tauhid.

Semua kebebasan yg memiliki dasar ini sebagai bagian mencari pengetahuan agar kita lebih open maind to different view, agar kita hidup indah. Tidak saling menuduh jumud, menuduh tidak terbuka dan saling sesat mensesatkan diantara pencari kebenaran ilmu pengetahan menuju kebenaran Tuhan

Kebebasan pemikiran dan kebebasan mengkaji pemikiran dan tokoh pasti akan menimbulkan ikhtilaf tapi harus diorientasikan ikhtilaf umat ini menjadi rahmat. Bukan justru kemudian di cap liberal ketika kita berfikir bebas dan mengkaji pemikiran-pemikiran tokoh dari kiri, tengah kanan.

Akan menjadi tidak adil juga menuduh radikal dan ekstrim pada manusia yang berfikir satu arah arah saja tetang politik Islam. Selagi hanya sebatas pemikiran bukan untuk melakukan pembangkangan apa yang sudah menjadi ijma umat.

Dan soal kebebasan membaca sebagai proses mencari ilmu yang dilanjutkan dengan kebebasan berfikir dengan cara mengikut mazhab tertentu yang sudah ada adalah bagian dari proses kesadaran akal budi manusia pada kebenaran yang di dapatnya. Tapi ada juga kesadar akal budi dari kebebasan itu membentuk mazhab baru dalam proses pemikiran soal kemudian dilanjutkan atau tidak dilanjutkan dalam firkoh harokah itu hal yang lain tapi yang jelas kebebasan membaca dan kebebasan berfikir seperti inj akan menambah meriahnya masa depan peradaban umat manusia di bumi ini.

Oleh karena itu soal kebebasan berfikir dan mengikuti pemikiran yang beragam ini adalah niscaya dilakukan untuk menambah kecerdasan dalam mengkaji ilmu pengetahuan tapi soal pilihan dan keyakinan pada manhaj baku dan komtmen tindakan mengikuti manhaj tersebut silahkan dilakukan dan silahkan memiliki sikap itidal dalam satu pilihan manhaj itu, asal tidak saling mengkalim paling benar.

Sungguh saat ini akan lebih bergairah kembali dalam memeriahkan kebebasan pemikiran dan belajar kita pada banyak pemikir jangan mau di kerangkeng oleh bullyian kaum jumud dan tekstual yang sesungguhnya anti ilmu pengetahuan dan kemajuan peradaban.

Akhirnya semoga kita diberikan kemudahan dalam mencerna ilmu pengetahuan dan mendapatkan berkah dan manfaat dari Ilmu yang terus kita pelajari dari mahdi sampai lahdi.


Berita Terkait :