Merangkai Ulang Harmoni Kebangsaan

Redaksi | Sabtu, 12/10/2019 16:17 WIB
Merangkai Ulang Harmoni Kebangsaan Ketua GP Ansor Banten Ahmad Nuri saat bersalaman dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka Jakarta (foto: istimewa)

RADARBANGSA.COM - "Merangkai keselarasan atas faktor-faktor yang ada dengan memulai menemukan konvergensi kepentingan masa depan bangsa penuh warna lebih utama dari pada terus menerus memperluas perbedaan sampai tidak sadar akan datang perpecahan bangsa,"

Pertemuan dua tokoh besar antara Jokowi dan Prabowo di Istana diakhiri dengan foto selfy bersama, menandakan bahwa potret harmoni politik kebangsaan sedang dirajut paska pertarungan politik kekuasaan kemarin yang sempat membuat riuh dan gaduh di tanah air ini.

Pertemuan ini, pertemuan kedua kali setelah pertemuan pertama di dalam gerbong MRT, kalau pertemuan pertama banyak pengamat bersepkulasi bahwa kedua tokoh itu memberi pesan kebersamaan satu gerbong dalam perjalanan bangsa kedepan.

Sementara pertemuan kedua di istana ini, bisa dimaknai ada pesan yang ingin di sampaikan oleh kedua tokoh pada rakyat Indonesia. bahwa kekuasaan bukan segalanya yang lebih penting dari semua itu adalah harmoni politik untuk sama sama mengelola perbedaan dengan dengan memperkuat komitmen kebangsaan di antara keduanya.

Jika ada spekulasi bahwa istana adalah simbol kekuasaan dan keduanya sepakat untuk mengelola kekuasaan bersama [koalisi] dengan proses distribusi kekuasaan secara baik untuk memperkokoh pemerintah, itu juga sah-sah dilakukan asal di orientasikan untuk menambah harmoni politik lebih indah, bukan hanya sekedar meleburnya sikap oposisi ke arah koalisi.

Hari ini sesungguhnya dinding kebangasaan kita tidak lagi butuh potret perbedaan antara koalisi dan oposisi, kita lebih butuh harmoni, butuh melihat dan merasakan bahwa kedua tokoh ini adalah negarawan sejati yang selama ini dipersepsikan berbeda saklawase, tapi ketika mereka bertemu untuk yang kedua kalinya dengan pesan yang dalam, ada ekspektasi besar dari seluruh entitas bahwa badai perbedaan menuju perpecahan bangsa akan terlampaui dengan indah.

Arah bangsa kedepan setelah dua kutub politik yang diwakili kedua tokoh ini ketemu dalam banyak hal, sebaikanya pertentangan koalisi dan oposisi harus segera dikurangi meski sah secara demokrasi tapi tradisi oposisi dalam sistem presidensial kurang begitu produktif dalam mendorong efektifitas kerja pemerintah dan penguatan kebangsaan, malah menyisakan luka dalam ditengah entitas bangsa

Sisa luka dalam ditengah entitas akibat perebutan kekuasaan dan diteruskan pada sikap koalisi dan oposisi akan banyak di manfaatkan para pemuja perpecahan bangsa yang sungguhnya mereka tidak masuk dari entitas bangsa yang mencintai tanah air ini.

Mereka yang tidak masuk entitas bangsa adalah mereka yang tidak meyakini nasionalisme/kebangsaan dan penentang kebangsaan demokrasi dan pancasila, mereka terus menyerukan perpecahan bangsa dengan menarawakan mimpi dan romantisme sejarah kejayaan agama namun faktanya belumur darah dalam surkulasi dan amputasi kekuasaan dan semua itu utopis.

Oleh karena itu, bangsa ini harus mulai merangkai ulang haromoni di seluruh lapisan masyarakat dan struktur kekuasaan serta entitas bangsa dengan langkah langkah sebagai berikut.

Pertama, pertemuan dua tokoh yang memadukan dua kekuatan politik menjadi titik awal harmoni politik menuju harmoni kebangsaan dan harus terus ditransformasikan pada seluruh entitas bangsa yang kemarin mengalami perbedaan afirmasi politik sehingga tidak lagi menyisakan "kerah" terus menerus di tingkat entitas bangsa

Kedua, menguatkan dan meneguhkan kebangsaan dengan cara berfikir, bertindak dan bersikap serta membuat narasi-narasi yang menimbukan perasaan senasib sepenangungan yang sama dengan mengedepankan rasa nasionalisme di seluruh entitas bangsa

Ketiga, melawan secara struktural, yaitu kekuatan negara dengan mengunakan pendekatan sistemik dan hukum, kemudian dialnjutkan dengan melawan secara kultural yaitu kekuatan entitas bangsa secara kolektif untuk menyuarakan perlawanan pada kekuatan kekuatan yang akan mengganti pancasila dan menghancukan kebangsaan Indonesia yang telah di bangun oleh para Muasis atau The Founding Fathers.

Sesungguhnya ada banyak langkah yang bisa dilakukan untuk merangkai harmoni kebangsaan, semoga dengan langkah ini bangsa ini akan terus berkembang ke arah bangsa yang besar dan bangsa yang sarat dengan kemaslahatan.

Oleh AHMAD NURI (Ketua PW GP Ansor Banten)


Berita Terkait :