Atasi Penyakit Gangguan Kesehatan Mental, Pemerintah Perlu Perkuat Fasyankes

M. Isa | Selasa, 11/10/2022 20:46 WIB
Atasi Penyakit Gangguan Kesehatan Mental, Pemerintah Perlu Perkuat Fasyankes Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Maria Endang Sumiwi (foto: kemenkes)

RADARBANGSA.COM - Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Maria Endang Sumiwi mengungkapkan, dalam beberapa tahun terakhir presentase masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan mental meningkat.

“Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan Kemenkes tahun 2018 menunjukkan prevalensi Rumah Tangga dengan anggota menderita gangguan jiwa skizofrenia meningkat dari 1,7 permil menjadi 7 permil di tahun 2018,” kata Maria Endang Sumiwi dalam rilisnya, Selasa, 11 Oktober 2022.

Sementara itu, kata Endang, gangguan mental emosional pada penduduk usia dibawah 15 tahun, juga naik dari 6,1% atau sekitar 12 juta penduduk (Riskesdas 2013) menjadi 9,8% atau sekitar 20 juta penduduk.

“Kondisi ini diperburuk dengan adanya COVID-19. Saat pandemi, masalah gangguan kesehatan jiwa dilaporkan meningkat sebesar 64,3% baik karena menderita penyakit COVID-19 maupun masalah sosial ekonomi sebagai dampak dari pandemi,” tambah Endang.

Diperparah lagi, lanjut Endang, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga psikolog yang masih kurang. “Kita juga melihat dari data-data pelayanan yang ada, saat ini baru sekitar 50% dari 10.321 unit Puskesmas kita yang mampu memberikan pelayanan kesehatan jiwa,” ujarnya.

“Masih ada 4 provinsi yang belum memiliki RS Jiwa dan baru 40% RS Umum yang ada fasilitas pelayanan Jiwa,” sambungnya.

Endang menuturkan, rasio psikiater di Indonesia masih sangat timpang yakni 1:200.000 penduduk. Artinya setiap 1 psikiater harus melayani 200.000 penduduk. Rasio ini masih jauh dari standar WHO yang mensyaratkan rasio psikiater dan jumlah penduduk idealnya 1:30.000.

“Kita butuh kerja sama yang kuat, karena kalau hanya mengandalkan jumlah psikiater yang ada, penanganan ini akan membutuhkan waktu yang lama. Sehingga kita harus membuat terobosan, bagaimana caranya supaya beban kesehatan jiwa bisa kita atasi dengan jejaring yang ada saat ini,” tukasnya.


Berita Terkait :