Sistem Vaksinasi Gotong Royong Individu Berbayar di Indonesia Menuai Kritik WHO

Neli Elislah | Jum'at, 16/07/2021 08:39 WIB
Sistem Vaksinasi Gotong Royong Individu Berbayar di Indonesia Menuai Kritik WHO Vaksin AstraZeneca (foto: kemkes)

RADARBANGSA.COM - Situasi pandemi Covid-19 di Indonesia kian memburuk, Direktur Eksekutif Program Darurat WHO Mike Ryan memberikan perhatiannya pada kondisi Indonesia yang sempat memberikan kebijakan vaksinasi berbayar. Pembayaran dalam bentuk apapun untuk memperoleh vaksin akan menimbulkan problem akses dan etika selama pandemi.

"Kami telah melihat peningkatan kasus sebesar 44 persen selama sepekan terakhir dan peningkatan kematian sebesar 71 persen. Jadi tidak diragukan lagi bahwa Indonesia tengah menghadapi situasi sangat sulit," kata Ryan.

"Kita harus jauh lebih maju dengan vaksinasi dan Indonesia seharusnya memiliki lebih banyak akses ke vaksin melalui jalur inisiatif seperti COVAX," tutur dia

Hal ini tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah yang sebelumnya merencanakan adanya vaksinasi individu berbayar. 

Pada Sabtu, 10 Juli 2021, pemerintah melalui anak buah perusahaan BUMN, PT Kimia Farma (Persero) Tbk mengumumkan adanya Vaksinasi Gotong Royong Individu atau program vaksin Covid-19 berbayar.

Lantaran derasnya kritik terhadap program tersebut, Kimia Farma lalu memutuskan untuk membatalkan pelaksanaan vaksinasi individu atau vaksinasi berbayar, yang semula akan mulai dilaksanakan pada hari ini, Senin, 12 Juli 2021.

Kepala Unit Program Imunisasi World Health Organization (WHO) Ann Lindstrand mengkritik kebijakan vaksinasi gotong royong individu berbayar di Indonesia. Dalam situs resmi WHO, Lindstrand menyatakan setiap orang harus memiliki hak yang sama untuk bisa mengakses vaksin Covid-19.

"Pembayaran (dalam bentuk) apapun (untuk memperoleh vaksin) akan menimbulkan problem akses dan etika selama pandemi. Padahal di saat yang sama kita membutuhkan cakupan vaksinasi yang luas yang bisa menjangkau semua pihak yang rentan," kata Lindstrand dikutip dari situs resmi WHO, Kamis, 15 Juli 2021.

Ia menilai program vaksinasi Covid-19 berbayar tidaklah tepat. Menurutnya, jika anggaran yang menjadi masalah, saat ini banyak lembaga yang memberikan bantuan untuk pengadaan vaksin.

Lindstrand mengatakan kerja sama internasional seperti COVAX Facility yang berada di bawah WHO juga sudah memberikan jatah vaksin gratis kepada negara yang membutuhkan.

Ia juga menjelaskan terkait dengan pengiriman dan logistik penyimpanan vaksin yang membutuhkan dana, hal tersebut bisa diperoleh lewat bantuan berbagai lembaga internasional seperti Bank Dunia.


Berita Terkait :