Harlah ke-71 Fatayat NU, Anggia Paparkan Empat Tantangan ke Depan

Rahmad Novandri | Minggu, 25/04/2021 17:39 WIB
Harlah ke-71 Fatayat NU, Anggia Paparkan Empat Tantangan ke Depan Anggia Erma Rini (Ketua Umum PP Fatayat NU). (Foto: istimewa)

RADARBANGSA.COM - Pengurus Pusat (PP) Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) memperingati hari lahir pada Sabtu, 24 April 2021. Memasuki usia ke-71, Fatayat NU terus memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat.

Ketua Umum PP Fatayat NU, Anggia Erma Rini menyampaikan bahwa usia Fatayat NU sudah memasuki usia matang. Untuk itu, ia mengimbau agar para kader perempuan muda mampu melanjutkan estafet perjuangan Fatayat NU untuk agama, bangsa dan negara.

"Fatayat itu perempuan muda, maka di tangan para perempuan muda kader-kader Fatayat NU-lah kita harapkan garis besar dan estafet perjuangan Fatayat NU dilanjutkan, dan terus digaungkan untuk memberi kemanfaatan secara luas demi cita-cita agama, bangsa, dan negara," kata Anggia dalam keterangannya, Minggu, 25 April 2021.

Pada kesempatan itu, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI itu memaparkan empat tantangan kader Fatayat NU ke depan. Pertama, revolusi teknologi. Sejumlah contoh kini ada di depan mata, mulai dari artificial intelligence (kecerdasan buatan), akselerasi teknologi informasi, big data, pembiayaan digital, machine learning, criptocurrency, dan teknologi lain yang tengah berkembang.

"Kecerdasan buatan telah menjadi salah satu tren teknologi baru karena efeknya yang menonjol pada cara kita hidup dan bekerja dengan gaya baru. Beberapa keunggulannya misalnya pengenalan gambar dan ucapan, aplikasi navigasi, asisten pribadi smartphone, aplikasi berbagi kendaraan, dan banyak lagi," jelasnya.

Tantangan kedua, lanjutnya, adalah generasi baru atau generasi Z. Lahir pada rentang 1997-2012. Ini adalah generasi pasca milenial (kelahiran 1981-1996) yang menjadi tantangan tersendiri bagi kita sebagai orang tua perempuan.

"Ciri-ciri generasi Z adalah kebebasan, integritas, kolaborasi, hiburan, dan kecepatan. Generasi ini cenderung menyukai kebebasan dan enggan diatur atau ditekan. Mendidik dan membimbing mereka butuh seni tersendiri karena lingkungannya sudah jauh berbeda dibanding masa kecil kita dulu," tuturnya.

Ketiga, revolusi sosial. Contoh paling mudah tantangan revolusi sosial adalah bahwa sekitar 93 persen keputusan konsumen untuk membeli dipengaruhi oleh sosmed atau dunia maya. Kemudian, satu dari tiga pernikahan dimulai dari hubungan secara daring. Artinya, ini merupakan pergeseran cara bersosialisasi manusia.

"Keempat, revolusi ekonomi yang kini bergerak ke bidang bisnis website. Zaman dulu kita berada pada era industri, kemudian menjadi perusahaan yang memperluas jaringannya menjadi multinasional, dan sekarang bisnis web dan memiliki kerjasama secara massal," tandasnya.

Untuk mewujudkan tantangan diatas, Anggia meminta para kader Fatayat NU harus mampu beradaptasi dengan perubahan. "Artinya, kita harus mulai melakukan perubahan dengan kreativitas dan kegigihan agar sikap, perilaku, karakter, dan aktivitas kita relevan dengan perubahan yang terjadi. Untuk menciptakan ketahanan perempuan, modal kompetensi SDM kita miliki agar mampu survive dan adaptif terhadap tantangan-tantangan masa kini," ujarnya.


Berita Terkait :