Kinerja Perdagangan Indonesia Tetap Terjaga di Tengah Pandemi

M. Isa | Selasa, 10/11/2020 15:25 WIB
Kinerja Perdagangan Indonesia Tetap Terjaga di Tengah Pandemi Menteri Perdagangan Agus Suparmanto (foto: Humas Kemendag)

RADARBANGSA.COM - Di masa pandemi Covid-19, neraca perdagangan Indonesia tetap menunjukkan kinerja yang baik. Surplus perdagangan Indonesia memiliki tren yang meningkat pada periode Mei—September. Bahkan, ekspor sejumlah komoditas bukan hanya bertahan, tetapi semakin melejit.

Hal tersebut disampaikan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dalam Dialog bersama Media dengan tema ‘Penanganan Covid-19 (Vaksin), Pemulihan Ekonomi Nasional dan Ketahanan Pangan’ yang diselenggarakan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 di Jakarta, Senin 9 November 2020.

“Secara kumulatif, neraca dagang Januari—September 2020 mencapai USD 13,5 miliar. Nilai tersebut melampaui neraca perdagangan Indonesia secara keseluruhan pada 2017 dan merupakan capaian tertinggi sejak 2012. Beberapa komoditas juga tumbuh positif selama pandemi ini, antara lain barang tekstil jadi lainnya, besi dan baja, serta logam mulia/perhiasan,” ujar Mendag Agus Suparmanto.

Mendag menambahkan, komoditas ekspor Indonesia lainnya yang juga tumbuh adalah alat pelindung diri (APD). Nilai eskpor APD, termasuk masker, di masa pandemi ini telah mencapai USD 192,5 juta.

“Kami yakin nilai tersebut akan terus meningkat. Tidak hanya hingga akhir 2020, namun sampai beberapa tahun ke depan. Hal ini disebabkan tingginya kasus positif Covid-19 di sejumlah negara. Selain itu, penerapan protokol kesehatan yang ketat di seluruh dunia juga menciptakan peluang cukup besar untuk produk APD Indonesia,” jelas Mendag.

Sementara, untuk bulan September 2020, lanjutnya, beberapa komoditas utama ekspor  nonmigas Indonesia yang mengalami kenaikan adalah besi dan baja, lemak dan minyak hewan/nabati, kendaraan dan bagiannya, mesin dan perlengkapan elektrik , plastik dan barang dari plastik, serta beberapa komoditas sektor pertanian dan industri.

Menurut Mendag, peningkatan nilai ekspor besi dan baja disebabkan meningkatnya permintaan dari Tiongkok dan Malaysia karena mulai pulihnya industri dalam negeri di kedua negara. Sementara, peningkatan ekspor produk lemak dan minyak hewan/nabati diakibatkan naiknya harga minyak kelapa sawit di pasar internasional dan naiknya permintaan dari Tiongkok dan India.