Inspirasi bagi Indonesia, Gus AMI Baca Puisi ‘Inilah Saatnya’ Karya Rendra

Ahmad Zubaidi | Sabtu, 07/11/2020 20:33 WIB
Inspirasi bagi Indonesia, Gus AMI Baca Puisi ‘Inilah Saatnya’ Karya Rendra Gus AMI membacakan puisi karya WS Rendra dalam acara bertajuk Rindu Rendra di Jakarta (foto Radarbangsa/AL)

JAKARTA, RADARBANGSA.COM - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar atau Gus AMI membacakan sebuah puisi karya WS Rendra berjudul ‘Inilah Saatnya’ dalam forum bertajuk “Rindu Rendra" tahun 2020 yang digelar Komunitas Burung Merak Rendra (KBMR) secara daring, Sabtu, 7 November 2020.

Puisi itu sengaja dibaca Gus AMI sebagai pemantik semangat bagi Indonesia yang kini tengah mengalami masa-masa sulit bergelut dengan pandemi Covid-19.

“Hari ini kita Rindu Rendra tepat ketika kita sedang mengalami masa-masa sulit. Puisi Rendra di mana kita sedang dikacaukan oleh pandemi yang kita rasakan membuat seluruhnya stagnan, mencari bentuk baru baik dalam kehidupan sosial kemasyarakatan maupun pemerintahan,” tutur Gus AMI.

Berikut teks lengkap puisi Inilah Saatnya karya Rendra yang dibacakan Gus AMI:

INILAH SAATNYA
WS Rendra

Inilah saatnya
melepas sepatu yang penuh kisah
meletakkan ransel yang penuh masalah
dan mandi mengusir rasa gerah
menenangkan jiwa yang gelisah.

Amarah dan duka
menjadi jeladri dendam
bola-bola api tak terkendali
yang membentur diri sendiri
dan memperlemah perlawanan.
Sebab seharusnya perlawanan
membuahkan perbaikan,
bukan sekadar penghancuran.

Inilah saatnya
meletakkan kelewang dan senapan,
makan sayur urap
mengolah pencernaan,
minum teh poci,
menatap pohon-pohon
dari jendela yang terbuka.

Segala macam salah ucap
bisa dibetulkan dan diterangkan.
Tetapi kalau senjata salah bicara
luka yang timbul panjang buntutnya.
Dan bila akibatnya hilang nyawa
bagaimana akan membetulkannya?

Inilah saatnya
duduk bersama dan bicara.
Saling menghargai nyawa manusia.
Sadar akan rekaman perbuatan
di dalam buku kalbu
dan ingatan alam akhirat.

Ahimsa,
tanpa kekerasan menjaga martabat bersama.

Anekanta,
memahami dan menghayati
keanekaan dalamkehidupan
bagaikan keanekaan di dalam alam.
Menerima hidup bersama
dengan golongan-golongan yang berbeda.
Lalu duduk berunding
tidak untuk berseragam
tetapi untuk membuat agenda bersama.

Aparigraha,
masing-masing pihak menanggalkan pakaian
menanggalkan lencana golongan
lalu duduk bersama.
Masing-masing pihak hanya memihak
kepada kebenaran.

Inilah saatnya
menyadari keindahan kupu-kupu beterbangan.
Bunga-bunga di padang belantara
Lembutnya daging dan susu ibu
dan para cucu masa depan
mencari Ilham.


Berita Terkait :