Gus AMI: Santri Harus Melek Teknologi, Tak Bisa Ditawar!

Ahmad Zubaidi | Kamis, 22/10/2020 15:19 WIB
Gus AMI: Santri Harus Melek Teknologi, Tak Bisa Ditawar! Panglima Santri, Abdul Muhaimin Iskandar menghadiri peringatan Hari Santri 2020 di Malang (foto Radarbangsa/AL)

MALANG, RADARBANGSA.COM - Platform Santrinet merupakan salah satu alternatif strategi yang bisa dimanfaatkan para santri mencari ilmu pengetahuan. Platform ini untuk mengatasi keterbatasan pengajian secara offline. Platform karya santri Indonesia.

Ketua Umum partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sekaligus Panglima Santri, Abdul Muhaimin Iskandar menyatakan, dengan Santrinet, para santri bisa tetap menjalankan tradisi keilmuan yang biasa dilakukan di Pesantren.

“Dengan platform ini, seluruh santri di seluruh Indonesia tetap bisa menjalankan tradisi-tradisi yang selama ini ada di pesantren, khususnya dalam belajar mengajar,” kata pria yang karib disapa Gus AMI ini di Malang, Kamis, 22 Oktober 2020.

Misalnya, santri bisa mengakses dan membaca kitab-kitab, membaca pelajaran-pelajaran pesantren, mulai fiqh, ilmu alat, tafsir, hadist, Tarikh, serta ilmu-ilmu lain. Juga ngaji online secara virtual.

“Tetapi syaratnya harus daftar dulu. Santri harus melek teknologi, ini gak bisa ditawar”, lanjut Gus Ami didampingi Sekjend M Hasanuddin Wahid dan ketua bidang pendidikan pesantren DPP PKB Gus Yusuf Chudlori.

Wakil Ketua DPR RI ini menambahkan, membangun infrastuktur teknologi di kalangan pesantren adalah pilihan yang tak terhindarkan saat ini. “Pandemi ternyata menyadarkan kita semua bahwa saatnya santri harus mampu merespon dan beradaptasi dengan perubahan global yang begitu cepat,” tukas Gus AMI.

Menurut Gus AMI, dengan jumlah pesantren sekitar 28 ribuan, ditambah santri mukim dan tidak mukim sebanyak 18 juta, dan pengajarnya berjumlah 1,5 juta, adalah modal sosial yang sangat besar yang jika mampu dikelola dengan baik akan mampu menjadi penggerak perubahan bangsa.

“Untuk itu, membangun infrastruktur yang bisa menambal kebuntuan-kebuntuan di masa pandemic adalah keharusan. Dengan ini santri dan pesantren bisa mandiri”, kata Gus Muhaimin.


Berita Terkait :