Ketum PBNU: Pulang ke Indonesia Bawa Ilmu, Bukan Budaya

Rahmad Novandri | Minggu, 26/07/2020 20:47 WIB
Ketum PBNU: Pulang ke Indonesia Bawa Ilmu, Bukan Budaya KH Said Aqil Siradj (Ketua Umum PBNU). (Foto: NU Online)

JAKARTA, RADARBANGSA.COM - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj menekankan bahwa warga NU di luar negeri agar tidak sampai menghilangkan nilai dan budaya nusantara. Hal itu disampaikannya saat acara silaturahim Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) sedunia yang digelar secara virtual, Sabtu, 25 Juli 2020.

Bagi Kiai Said, budaya yang sudah berjalan demikian baiknya di Indonesia sangat luhur. Menurutnya, belum tentu di luar negeri mempunyai budaya yang lebih mulia daripada budaya Indonesia sendiri.

"Kalau bangsa Indonesia yang mencari ilmu di luar negeri, pulang ke Indonesia bawa ilmu, bukan bawa budaya," kata Kiai Said.

Ditegaskannya, warga Indonesia harus belajar dari sejarah bahwa tidak sedikit dari bangsa kita sendiri yang justru berubah haluan bahkan secara ideologi tatkala belajar ilmu pengetahuan dan produk budaya luar negeri. Puncaknya mereka mudah menganggap orang lain kafir karena tidak sepaham dengan dirinya.

"Karena tidak sedikit warga Indonesia yang mencari ilmu seperti di Timur Tengah pulang membawa budaya Arab, sehingga sedikit-sedikit (dianggap) kafir, sesat, bid`ah, dan lain-lain," tuturnya.

Ia menyebut, salah satu budaya asli Indonesia dari aspek pakaian seperti mengenakan sarung, kopiah, dan baju batik untuk beribadah kepada Allah SWT. Hal ini bukan berarti yang memakai gamis lebih baik daripada budaya Indonesia, meski pakaian gamis adalah budaya Arab.

"Jangan sampai orang yang menggunakan gamis untuk shalat merasa lebih mulia ketimbang orang yang memakai sarung, karena kemuliaan di hadapan Allah bukan terdapat pada penampilan, namun pada ketaqwaan hatinya," tegas Kiai Said.

Belum lagi, lanjutnya, soal upaya merekatkan kebersamaan dan solidaritas, bangsa Indonesia memiliki budaya tersendiri dengan gotong royong atau tolong menolong antarsesama. Ada juga budaya halal bi halal sebagai upaya saling memaafkan yang tidak dimiliki oleh bangsa lainnya.

"Belum lagi dengan kata sapa, di Indonesia manggil nama KK dengan nama itu sudah tidak sopan, sedangkan di Arab itu sudah biasa. Ditambah dengan orang lewat di hadapan orang tua dan orang yang sedang shalat. Kalau melewati kepala orang yang sedang sujud di Arab sudah biasa," terangnya.

Oleh karena itu, Kiai asal Cirebon itu mengimbau Nahdliyin yang berada di luar negeri agar senantiasa menjaga kelestarian budaya Indonesia, baik dalam berpakaian, bertutur sapa, hingga pada upaya menjaga keutuhan bangsa dan negara.

"Maka saya titip kepada semua agar menjaga nilai dan budaya Indonesia yang seutuhnya, karena saya juga kuliah disana selama 13,5 Tahun pulang bawa ilmu, bukan bawa budaya dari sana," tandasnya.


Berita Terkait :