Podcast Story Telling, Cara Baru Promosi Sejarah dan Budaya

Ahmad Zubaidi | Senin, 06/07/2020 07:20 WIB
Podcast Story Telling, Cara Baru Promosi Sejarah dan Budaya Ilustrasi Podcast (foto Radarbangsa)

JAKARTA, RADARBANGSA.COM - Teknik menceritakan kisah atau story telling melalui media podcast yang sedang tren saat ini dianggap bisa menjadi alternatif dan cara baru untuk mempromosikan objek wisata budaya dan sejarah.

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Events) Kemenparekraf/Baparekraf, Rizki Handayani, Webinar Wisata Heritage bertema Mengangkat Nilai-Nilai Produk Wisata Warisan Budaya Dunia melalui Audio storytelling (Podcast) menilai metode ini bisa menjadi alternatif cara mengemas wisata budaya dan sejarah menjadi suatu hal yang lebih menarik bagi generasi milenial.

"Inilah bagaimana cara kita menggali cerita-cerita sejarah itu will show your path sebenarnya. Inilah yang harus kita pikirkan bagaimana kita mencari angle-angle lain untuk anak-anak muda mengenai destinasi yang akan kita kembangkan ke depan," kata Rizki seperti dilansir dari laman kemenparekraf.go.id.

Hadir dalam Webinar Wisata Heritage di antaranya Kepala Seksi Pemanfaatan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, Iwan Setiawan Bimas yang menyampaikan materi berjudul "Jejak Sejarah Heritage Tourism dan Nilai-Nilai Produk Wisata di Situs Manusia Purba Sangiran dan sekitar`. Sementara, Astrid Savitri, seorang content writer membahas "Audio Storytelling". 

Dalam pemaparannya, Iwan Setiawan Bimas menceritakan sejarah Situs Manusia Purba Sangiran yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah berikut cerita masyarakat yang berkembang terkait situs tersebut. Salah satunya, asal usul nama Sangiran.

"Sangiran berasal dari kata sangir yang berarti asah. Konon pada zaman dulu di Sangiran terjadi pertempuran antara seorang ksatria bernama Raden Bandung dengan pasukan raksasa yang dipimpin Raja Raksasa Tegopati," kata Iwan.

Dalam pertempuran itu, Raden Bandung memperoleh bisikan untuk mengasah kukunya di atas batu untuk mengalahkan Tegopati. Setelah itu, Raden Bandung pun berhasil mengalahkan Tegopati dan seluruh pasukannya.

Kini, banyak masyarakat yang mengira tulang belulang yang ditemukan di kawasan Sangiran sebagai tulang dari pasukan Tegopati. Akan tetapi, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli di situs tersebut, ternyata tulang belulang tersebut merupakan fosil manusia purba dan hewan purbakala yang pernah hidup di wilayah Sangiran.

Iwan juga menyebut Situs Sangiran merekam adanya evolusi lingkungan. "Di mana 2,4 juta tahun yang lalu Sangiran adalah lingkungan laut hingga 1,8 juta tahun lalu kemudian berubah menjadi lingkungan rawa dan pada 900 ribu tahun lalu Sangiran menjadi daratan," jelasnya.

Sementara Itu, Astrid Savitri mengatakan nilai sejarah dan kebudayaan yang ada di Situs sangiran dapat dikemas dan dipromosikan melalui audio story telling atau podcast. Apalagi, podcast yang membahas tentang produk wisata dan cerita sejarah masih tergolong jarang.

Tak hanya itu, podcast yang membahas produk wisata dan cerita sejarah juga dinilai akan semakin menarik perhatian generasi milenial. "Orang-orang lebih suka diceritakan suatu kisah dibanding diberitahu, kalau (kisah sejarah) diceritakan dan dikemas dalam bentuk podcast itu jauh lebih menarik," ungkap Astrid.


Berita Terkait :