Tanggapi Isu Reshuffle Kabinet, PSKP: Agar Pemerintahan Berjalan Lebih Baik

Rahmad Novandri | Rabu, 01/07/2020 15:19 WIB
Tanggapi Isu Reshuffle Kabinet, PSKP: Agar Pemerintahan Berjalan Lebih Baik Efriza (Direktur Eksekutif PSKP). (Foto: mediasulselcom)

JAKARTA, RADARBANGSA.COM - Menanggapi beredarnya video Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang marah-marah lantaran kinerja para menteri yang tidak luar biasa serta berhembusnya isu reshuffle, ditanggapi Direktur Eksekutif Pusat Studi Kemanusiaan dan Pembangunan (PSKP) Efriza. Menurutnya, kemarahan presiden hanya luapan emosi semata.

Ditegaskannya, reshuffle bukanlah perkara mudah, ini bukan hanya mengenai menteri tersebut telah berhasil atau tidak dalam menjalankan visi-misi presiden semata. Tetapi, ini juga menunjukkan upaya presiden membangun kekuatan baru, menarik simpatik dan dukungan publik kembali, juga harapan berdampak terhadap kenaikan elektabilitas terhadap pemerintahan meski tidak disampaikan secara terang-benderang.

"Sebelum melakukan reshuffle kabinet, pemerintah terlebih dahulu harus menjelaskan mengenai langkah-langkah apa yang akan dilakukan. Sehingga terlihat selaras dengan pernyataan dan sikap presiden pada rapat terbatas untuk bekerja lebih cepat, kebijakan dibuat lebih cepat, adanya perubahan drastis, karena ini extra ordinary, serta untuk menunjukkan langkah-langkah dan kebijakan konkrit yang akan dilakukan pemerintah dalam menyelesaikan krisis ekonomi dan mengatasi pandemi Covid-19," kata Efriza dalam keterangannya, Selasa, 30 Juni 2020.

Ia menerangkan, Presiden perlu menyampaikan visi presiden ke publik, pun begitu jika terjadi pembaruan visi presiden menghadapi situasi sekarang ini, agar tidak terjadi lagi, menteri terpilih menjalankan visi sendiri bukan visi dari presiden.

"Reshuffle kabinet tidak dilakukan sekadar berbagi `giliran` jabatan saja, oleh karena itu pemilihan menteri dalam reshuffle nanti, harus menunjukkan hak prerogatif presiden, tanpa khawatir diganggu gugat, dan tidak boleh ada lagi pernyataan permintaan maaf seperti pemilihan menteri di awal pembentukkan kabinet," tuturnya.

Efriza mengungkapkan, reshuffle kabinet dalam pemilihan menteri harus disampaikan ke publik secara transparan, seperti saat presiden merilis video rasa marah, dan video pengarahannya dalam rapat presiden dengan para menteri pada hari ini 29 Juni 2020. "Dengan demikian, publik mempercayai reshuffle bukan hanya pencitraan semata," ucapnya.

Reshuffle kabinet, lanjut dia, harus dilakukan secara merit system, berdasarkan asumsi dari kualitas, kompetensi, dan kinerjanya; bukan sekadar dilakukan berdasarkan faktor kedekatan, perhitungan pengaruh dan kekuatan peta koalisi pemerintahan.

"Penyegaran memperkuat kinerja para pembantu presiden, semestinya dilakukan secara menyeluruh bukan sekadar menteri-menteri semata, tetapi juga di dalam kantor Staf Presiden. Ini untuk menunjukkan keseriusan dan penguatan dalam peran dan kinerja pemerintah.
Dengan pernyataan sikap dan pendapat ini, kami dari PSKP juga menunjukkan mendukung langkah presiden untuk melakukan reshuffle kabinet, agar pemerintahan bisa berjalan lebih baik, lebih cepat dalam mengatasi permasalahan krisis ekonomi, pandemi covid-19, bukan sekadar mendulang simpatik publik semata," tandasnya.


Berita Terkait :