Tak Diajak Bicara Soal Revitalisasi TIM, Para Seniman Mengadu ke DPR

Rahmad Novandri | Senin, 17/02/2020 21:22 WIB
Tak Diajak Bicara Soal Revitalisasi TIM, Para Seniman Mengadu ke DPR Syaiful Huda (Ketua Komisi X DPR RI). (Foto: dprgoid)

JAKARTA, RADARBANGSA.COM - Para seniman dan budayawan yang tergabung dalam Forum Seniman Peduli Taman Ismail Marzuki (TIM), menolak revitalisasi TIM yang sedang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Revitalisasi tersebut sarat kepentingan bisnis dan menyingkirkan para pemangku kepentingan di TIM yang sudah puluhan tahun bekerja, termasuk seniman dan budayawan.

Baca Juga: Komisi X DPR Pantau Kesiapan Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Prioritas

Dipimpin Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda, para seniman menyoal kebijakan revitalisasi Pemprov Jakarta, tanpa mengajak bicara lebih dulu para seniman dan budayawan. Forum Seniman Peduli TIM yang dipimpin Radhar Panca Dahana ini mengkritik keras Gubernur Jakarta Anies Baswedan yang dinilainya telah mengedepankan arogansi kekuasaan.

“Kami ingin mendengarkan sebanyak-banyaknya, semua masalah yang akan disampaikan. Dan kami akan respon di forum ini menyangkut revitalisasi TIM oleh Pemda DKI yang sudah berjalan dan mendapat penolakan yang keras dari para seniman dan budayawan yang selama ini bergerak, berkomunitas di TIM,” kata Syaiful di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Senin, 17 Februari 2020.

Radhar sendiri mengatakan, pihaknya sudah mengadukan masalah ini ke DPRD DKI dan otoritas dinas terkait. Ia menyerukan agar ada moratorium sejenak atas rencana revitalisasi itu. Namun, tak dihiraukan sang gubernur. Malah kawasan TIM tiba-tiba dihancurkan.

Baca Juga: Komisi X Bahas Anggaran Kemenparekraf, Syaiful Huda Ingatkan Tantangan Pariwisata Indonesia

Bila yang dimaksud revitalisasi TIM untuk menjadi lebih baik, pihaknya setuju. Persoalannya, ini tanpa bicara dulu, langsung membersihkan Kawasan TIM. Dan belakangan diketahui akan membangun kawasan bisnis di sekitar TIM.

“Kebijakan ini seperti komet menghantam bumi, mendadak hancur berantakan tanpa ada kompromi. Tidak ada bicara dengan kami, tahu-tahu sudah diberlakukan. Kami protes. Kalau revitalisasi untuk kemajuan TIM kita setuju. Tapi kami tidak diajak bicara. TIM ini, kan, tidak saja pusat kesenian Jakarta, tapi Indonesia,” papar Radhar.

Ia juga mengaku sedih, TIM dinilai oleh Pemprov DKI hanya sebagai beban APBD. Dengan membangun Kawasan bisnis, diharapkan Pemprov mendapat profit dari kawasan komersial yang dibangunnya itu.