Gelar Santripreneur Day, NU Jember Ajak Pesantren Gali Potensi Ekonomi

Ainur Rasyid | Selasa, 12/11/2019 12:14 WIB
Gelar Santripreneur Day, NU Jember Ajak Pesantren Gali Potensi Ekonomi Santripreneur Day di Pondok Pesantren Addimyati, Desa Wonojati, Kecamatan Jenggawah, Jember, (Foto: NU Online).

JEMBER, RADARBANGSA.COM - Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Jenggawah, Kabupaten Jember, Jawa Timur menggebrak kejumudan wirausaha yang ada di pesantren dengan menggelar Santripreneur Day di Pondok Pesantren Addimyati, Desa Wonojati, Kecamatan Jenggawah, Jember, Senin, November 2019.

Pada acara yang membedah potensi wirausaha pesantren itu, MWCNU Jenggawah bekerja sama dengan Badan Inkubator Wirausaha Universitas Brawijaya Malang. Acara yang diambil dari putaran pesantren yang telah dimiliki oleh produk.

Menurut Ketua MWCNU Jenggawah, Sucipto, acara tersebut mendukung untuk menggali potensi usaha (produk) yang telah ada di pesantren untuk dikembangkan oleh lebih baik.

Intinya MWCNU Jenggawah dan mitranya akan membantu menyediakan produk untuk pondok pondok yang telah ada.

“Saya kira ini cukup menarik. Sebab, secara umum santri di pesantren cukup kreatif untuk menciptakan produk, namun tidak berkembang karena terhalang oleh SDM (sumber daya manusia). Nah, Badan Inkubator Wirausaha Universitas Brawijaya Malang ini menyiapkan produk dan jasa agar produk itu bisa dikembangkan, ” urainya.

Sucipto menambahkan, umumnya pondok pesantren memiliki potensi untuk jaya di sektor wirausaha. Ini tidak lain karena santri dituntut untuk mandiri sehingga perlu-coba untuk berwirasa sebagai persiapan komplek pulang kampung kelak. Terbukti cukup banyak pesantren yang memiliki produk usaha.

"Tapi masih butuh sentuhan lagi agar produksinya bis berkmabang," terangnya.

Ia menerima yakin jika produk wirusaha itu diundang inkubasinya oleh pihak yang ahli, maka akan bertambah banyak produk-produk yang dihasilkan dari pesantren. Dan ujung-ujungnya pesantren akan melahirkan banyak santripreneur.

Dengan demikian, maka pesantren tidak hanya menjadi sumber ilmu, tetapi sumber santri pengusaha.

“Santri jadi pengusaha, kenapa tidak? Mereka juga punya potensi, dan juga ulet ” jelasnya.

Salah satu persyaratan untuk mengikuti Hari Santripreneur adalah pesantren yang harus dimiliki tiga produk.

Kenyatannya, katakan Sucipto, cukup banyak pesantren yang mempuyai produk sendiri. Namun karena kuota peserta hanya 30 peserta pesantren, maka banyak pesantren yang tidak terakomodasi.