Berbekal Belajar di Pesantren, Buharto Sukses Produksi Pupuk Organik

Ainur Rasyid | Jum'at, 25/10/2019 18:47 WIB
Berbekal Belajar di Pesantren, Buharto Sukses Produksi Pupuk Organik

BONDOWOSO, RADARBANGSA.COM - Buharto, pria kelahiran Bodowoso, 9 September 1971 sukses meminimalisasi penggunaan pupuk kimia dengan menyediakan pupuk organik.

Lelaki yang tinggal di Desa Karangmelok, Kecamatan Tamanan, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur ini, memang mencoba mencoba membuat pupuk organik dari urin sapi.

“Dan alhamdulillah, berhasil. Terbukti banyak petani yang membutuhkannya, dan bertanya kepada saya, ”ujar Buharto sebagaimana dilansir NU Online, Kamis, 24 Oktober 2019.

Meskipun sulit untuk mengubah kebiasaan petani dalam menggunakan pupuk kimia, namun bukan berarti tidak bisa mengubah. Banyaknya petani yang memesan pupuk organik yang dibuatnya, petani yang meningkatkan kesadaran untuk menggunakan pupuk yang ramah lingkungan itu.

Yang menarik, Buharto mengaku tidak pernah belajar tentang fermentasi, proses yang diperlukan untuk mengubah kencing sapi menjadi pupuk cair organik. Maklum, ia hanya belajar mengaji di Pondok Pesantren Al-Hasani Al-Lathifi, Kauman, Bondowoso kota. Sementara pendidikan formalnya lewat di Madrasah Aliah Negeri Bondowoso. Orang tuanya petani banget.

Didorong oleh keinginan tersebut, maka Buharto kemudian mengembangkan pupuk organik padat (2008). Memang tidak langsung besar, karena produksinya tergantung pemesanan petani. Namun nama Buharto sebagai pembuat pupuk organik, cukup dikenal. Dan petani la- ngan cepat untuk membeli dan membeli pupuk organik buatan Buharto.

“Sistem pemasarannya masih personal, dari mulut ke mulut. Saya tidak pernah memasarkan produk saya, ikut pameran atau apa, misalnya, ”terangnya.

Buharto sadar untuk memasarkan pupuk organik yang dibuatnya, butuh persyaratan yang terkait dengan legalitas formalnya, juga menjawab keamanan produk yang dihasilkannya, dan lain sebagainya. Tapi Meskipun begitu, produk pupuk organik yang dihasilkan Buharto tidak bisa diperoleh secara ilegal. Karena, kegiatan Buharto dengan pupuk organiknya tidak hanya dipantau oleh Dinas Pertanian Kabupaten Bondowoso, tetapi juga dibimbing dan diarahkan oleh pihak-pihak terkait di dalamnya.

Tidak hanya bimbingan, tetapi juga bantuan fisik juga banyak digelontorkan oleh dinas terkait. Misalnya, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur membantu UPPO (Unit Pengelola Pupuk Organik) terdiri dari beberapa sapi, rumah kompos, dan kendaraan roda tiga. Selain itu, melalui dinas terkait Provinsi Jawa Timur juga memberikan bantuan satu unit lumbung makanan. Di luar itu ada juga bantuan mesin pembuat pupuk organik.

“Kementan juga pernah memberikan bantuan, yaitu hand traktor roda 4,” jelasnya.

Saat ini Buharto telah mengmbangkan pupuk organik tak kurang dari 16 jenis. Salah satunya adalah jenis granul. Yaitu pupuk organik berbentuk butiran. Ini bebeda dengan pupuk organik yang biasa (berbentuk tanah). Namun masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing.

Buharto tidak hanya memproduksi pupuk, tetapi juga membuat racun organik. Pesaab Yaitu (pestisida nabati) dan agen hayati.

“Bahan alami tidak cuma menyediakan bahan baku pupuk, tetapi juga racun,” ungkapnya.

Buharto menyatakan bersyukur karena peminat pupuk organik meningkat. Berarti kesadaran petani untuk memperbaiki tanah dalam lingkungan suburban dan ramah lingkungan, semakin meningkat. Saat ini jika dirata-ratakan setiap hari, ia bisa menjual pupuk organik sekitar satu ton. Bagian utara, Situbondo, Banyuwangi, Lumajang dan tentu saja, Bondowoso.

"Kalau musim kemarau seperti saat ini, pembeli pupuk berkurang, tapi kalau sudah musim hujan, biasanya pembelinya membludak," ucapnya.

Buharto senang bukan hanya-mata karena pupuk organiknya semakin laris. Bukan. Namun demikian, para petani senang membahas tentang bahayanya menggunakan pupuk kimia untuk masa depan tanah. Pupuk kimia yang terus menerus ditaburkan ke tanah, pasti menggerus kesuburannya hingga akhirnya hilang sama sekali.

 


Berita Terkait :