Warga Bondowoso Sukses Kembalikan Kesuburan Tanah dengan Urine Sapi

Ainur Rasyid | Jum'at, 25/10/2019 18:26 WIB
Warga Bondowoso Sukses Kembalikan Kesuburan Tanah dengan Urine Sapi Buharto di gudang, tempat pengumpulan pupuk organik padat dan cair. (doc: NU Online / Aryudi AR)

BONDOWOSO, RADARBANGSA.COM - Keberanian mencoba suatu pekerjaan, mungkin perlu. Sebab, bisa jadi dari mencoba-coba kelak berhasil dan menjadi pekerjaan yang sungguh-sungguh. Paling tidak, apa yang berhasil oleh Buharto, laik menjadi pelajaran. Lelaki yang tinggal di Desa Karangmelok, Kecamatan Tamanan, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur ini, memang mencoba mencoba membuat pupuk organik dari urin sapi.

“Dan alhamdulillah, berhasil. Terbukti banyak petani yang membutuhkannya, dan bertanya kepada saya,” ujar Buharto sebagaimana dilansir NU Online, Kamis, 24 Oktober 2019.

Buharto lahir di Bondowoso saat kalender berada di posisi 9 September 1971. Ia tak pernah bercita-cita untuk menjadi pembuat pupuk organik seperti sekarang ini. Awalnya (2006) ia hanya mencoba-coba mengolah urine sapi menjadi pupuk organik, itupun untuk dipakai sendiri. Penyebabnya, saat itu terjadi kelangkaan pupuk bersubsidi.

“Ternyata hasilnya bagus. Dan petani lain juga melihat hasil itu, sehingga mereka juga memakai pupuk organik yang saya buat,” lanjutnya.

Yang menarik, Buharto mengaku tidak pernah belajar tentang fermentasi, proses yang diperlukan untuk mengubah kencing sapi menjadi pupuk cair organik. Maklum, ia hanya belajar mengaji di Pondok Pesantren Al-Hasani Al-Lathifi, Kauman, Bondowoso kota. Sementara pendidikan formalnya lewat di Madrasah Aliah Negeri Bondowoso. Orang tuanya petani banget.

Buharto meminta hanya bertanya pada orang-orang yang mengerti soal fermentasi, mengikuti campuran bahan yang dibutuhkan untuk mengubah urin sapi menjadi pupuk organik cair.

“Itu untung-untungan. Saya tidak pernah belajar soal itu, misalnya mengikuti pelatihan dan waktu itu,” urainya.

Namun demikian, pupuk cair yang dikeluarkan Buharto banyak diminati petani lantaran terbukti dapat menghijaukan tumbuh-tumbuhan (padi) dan meningkatkan produktifitas buahnya. Dan diterima yang membuat Buharto tetap bersemangat untuk memproduksi pupuk cair organik.

Meskipun hanya petani biasa, namun berpikir tentang pertanian, cukup bagus. Lebih-lebih soal masa depan sawah. Jika sawah terus-menerus diguyur pupuk kimia, maka pada saatnya nanti kesuburannya akan hilang sama sekali. Jika kesuburan sawah sudah tidak ada, maka ditanami pun tidak akan menghasilkan sesuatu yang maksimal.

"Kalau dibiarkan, maka kita hanya bisa meninggalkan tanah yang tandus untuk anak cucu kita," katanya.


Berita Terkait :