LPBINU Latih Anak-Anak Kenali Bencana dan Tindakan Pasca Bencana

Rahmad Novandri | Selasa, 30/07/2019 16:19 WIB
LPBINU Latih Anak-Anak Kenali Bencana dan Tindakan Pasca Bencana Siswa SD Al Azhar Desa Karangsari antusias mendengarkan sosialisasi tanggap bencana dari LPBINU, Selasa (30/7). (Foto: Istimewa)

JAKARTA, RADARBANGSA.COM - Keterlibatan Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) dalam Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (EDT) Tsunami 2019 yang berlangsung sejak 12 Juli dan akan berakhir pada 17 Agustus 2019 kini memasuki segmen kedua untuk wilayah DIY-Jawa Tengah (Jateng).

Beberapa desa di wilayah pesisir pantai di kabupaten Gunung Kidul yang menjadi lokasi pertama yang disinggahi tim EDT adalah Sidoharjo, Tepus, Purwodadi, Balong, Jepitu, Tileng, Pucung, Songbanyu, Giricahyo, Giripurwo, Giriwungi, Girikarto, Girijati, Krambil, Kanigoro, Kemadang, Banjarejo dan Ngestirejo.

Berdasarkan temuan dilapangan, beberapa sekolah dan pesantren hanya berjarak 2 kilometer dari pantai, dan belum ada rambu evakuasi, selain itu beberapa pihak sekolah maupun pesantren mengaku sebelumnya belum ada sosialisasi maupun simulasi terkait bencana.

Hal tersebut disampaikan Zuliati dari LPBINU Pusat, menurutnya, untuk mengurangi risiko bencana, sangat penting mengajak pihak sekolah atau pesantren agar mulai melatih anak-anak untuk memahami mitigasi bencana.

Baca Juga: LPBINU: Indonesia Darurat Sampah Plastik

Zuli menuturkan, masyarakat tidak perlu khawatir jika ada potensi rawan bencana tsunami di pesisir Jawa bagian selatan, mulai saat ini sekolah atau pesantren harus membuat pelatihan agar para guru dan pelajar menyadari ancaman bencana.

“Beberapa sekolah dan pesantren seperti Pesantren Al-Azhar Desa Karangsari menyadari bahwa lokasinya termasuk paling rawan tsunami karena paling dekat dengan pantai,” kata Zuli, Selasa, 30 Juli 2019.

Zuli mengungkapkan bahwa pengetahuan yang memadai mengenai bencana dan tindakan pasca-bencana mutlak dimiliki masyarakat Indonesia, oleh karena itu sosialisasi dan simulasi tentang Pengurangan Risiko Bencana (PRB) tidak hanya menyasar para pelajar dan para guru yang juga menjadi sosok penting dalam mengurangi jatuhnya korban saat bencana terjadi.

“Semoga dengan adanya sosialisasi dan simulasi ini, para guru-guru dapat mengintegrasikan pendidikan kebencanaan ke dalam kegiatan ekstrakurikuler bahkan ke mata pelajaran. Mulai dari memberikan pemahaman kepada siswa tentang jenis bencana, mitigasi bencana, dan tindakan pasca-bencana,” ungkapnya.

Sementara itu, pimpinan pondok pesantren Al-Azhar Desa Karangsari kiyai Muaddib Mahfudz mengaku LPBINU adalah Lembaga pertama yang melakukan sosialisasi dan simulasi tentang PRB, oleh karenanya ia menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada LPBINU dan seluruh tim EDT 2019. 


Berita Terkait :