Sejarah Kota Semarang

Rahmad Novandri | Senin, 05/02/2024 21:50 WIB
Sejarah Kota Semarang Sejarah Kota Semarang. (Foto: Wikipedia)

RADARBANGSA.COM - Sejarah Kota Semarang tidak dapat dipisahkan dari keberadaannya sebagai pelabuhan penting di Indonesia. Pada masa lampau, kota ini telah memainkan peran penting sebagai pusat perdagangan hasil bumi dari wilayah pedalaman Jawa. Di bawah kepemimpinan Pandan Arang II, daerah Semarang semakin berkembang dan menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dari Pajang. 

Seiring dengan pertumbuhannya yang semakin meningkat, Semarang akhirnya dijadikan setingkat dengan Kabupaten pada tanggal 2 Mei 1547. Tanggal tersebut kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota Semarang.

Namun, pada tahun 1678, Amangkurat II dari Mataram memberikan Semarang kepada VOC sebagai pembayaran hutangnya. Tahun 1705, Susuhunan Pakubuwono I kemudian menyerahkan Semarang kepada VOC sebagai bagian dari perjanjiannya karena telah dibantu merebut Kartasura. Sejak saat itu, Semarang resmi menjadi kota milik VOC dan kemudian Pemerintah Hindia Belanda.

Perkembangan kota Semarang tidak terlepas dari kehadiran VOC, dan seiring berjalannya waktu, VOC semakin memperkuat posisinya di kota ini. Kantor KPM (Koninklijke Paketvaart Maatschappij) di Semarang menjadi bukti kekuasaan VOC di kota ini pada tahun 1918-1930. Namun, di balik kekuasaannya, VOC juga telah memperkenalkan banyak inovasi dalam bidang perdagangan dan transportasi yang kemudian berdampak positif pada perkembangan kota Semarang.

Pada tahun 1906, Pemerintah Gemeente terbentuk melalui Stanblat Nomor 120 tahun 1906. Pemerintah kota besar ini dipimpin oleh seorang Burgemeester (Walikota). Namun, sistem pemerintahan ini dipegang oleh orang-orang Belanda dan berakhir pada tahun 1942 ketika pemerintahan pendudukan Jepang datang.

Ketika masa pendudukan Jepang, terbentuklah pemerintah daerah Semarang yang dipimpin oleh Militer (Shico) dari Jepang. Dalam kepemimpinannya didampingi oleh dua orang wakil (Fuku Shico), satu dari Jepang dan satu lagi dari bangsa Indonesia. Tidak lama setelah kemerdekaan, tepatnya pada tanggal 15 hingga 20 Oktober 1945, terjadi peristiwa kepahlawanan pemuda-pemuda Semarang yang berjuang melawan balatentara Jepang yang enggan menyerahkan diri kepada Pasukan Republik. Perjuangan ini dikenal dengan nama Pertempuran Lima Hari di Semarang.

Tahun 1946, Inggris atas nama Sekutu menyerahkan kota Semarang kepada pihak Belanda pada tanggal 16 Mei 1946. Namun, pada tanggal 3 Juni 1946, pihak Belanda menangkap Mr. Imam Sudjahri, Walikota Semarang sebelum proklamasi kemerdekaan, dengan tipu muslihatnya. 

Selama masa pendudukan Belanda, tidak ada pemerintahan daerah kota Semarang. Meskipun begitu, para pejuang di bidang pemerintahan tetap menjalankan pemerintahan di daerah pedalaman atau daerah pengungsian diluar kota sampai dengan bulan Desember 1948. Daerah pengungsian pun berpindah-pindah, dimulai dari kota Purwodadi, Gubug, Kedungjati, Salatiga, dan akhirnya berakhir di Yogyakarta. Pimpinan pemerintahan berturut-turut dipegang oleh R Patah, R. Prawotosudibyo, dan Mr. Ichsan.

Pemerintahan pendudukan Belanda yang dikenal dengan Recomba berusaha membentuk kembali pemerintahan Gemeente seperti masa kolonial dulu, di bawah pimpinan R Slamet Tirtosubroto. Namun, upaya tersebut tidak berhasil, karena dalam masa pemulihan kedaulatan harus menyerahkan kepada Komandan KMKB Semarang pada bulan Februari 1950. Kemudian, pada tanggal 1 April 1950, Mayor Suhardi, Komandan KMKB, menyerahkan kepemimpinan pemerintah daerah Semarang kepada Mr. Koesoedibyono, seorang pegawai tinggi Kementrian Dalam Negeri di Yogyakarta. Ia menyusun kembali aparat pemerintahan guna memperlancar jalannya pemerintahan.

Arti Semarang

Semarang merupakan sebuah kota penting di Indonesia yang memiliki sejarah panjang. Nama “Semarang” sendiri berasal dari kata “sem” yang berarti asam atau pohon asam, serta kata “arang” yang berarti jarang. Ketika kedua kata tersebut digabungkan, maka artinya adalah asam yang jarang-jarang. Meski sempat mengalami perubahan penulisan saat zaman kolonialisme Hindia Belanda, akhirnya nama kota ini kembali diubah menjadi Semarang.


Berita Terkait :