Sejarah Pembangunan Gedung MPR/DPR RI

Rahmad Novandri | Rabu, 03/01/2024 20:01 WIB
Sejarah Pembangunan Gedung MPR/DPR RI Gedung MPR/DPR RI, Senayan, Jakarta. (Foto: istimewa)

RADARBANGSA.COM - Masyarakat Indonesia khususnya Jakarta pasti tak asing dengan gedung beratap hijau yang berada di kawasan Senayan. Hingga saat ini gedung yang menjadi lokasi kerja Dewan Perwakilan Rakyat dan Majelis Permusyawaratan Rakyat tersebut masih berdiri kokoh di Jalan Jendral Gatot Subroto no 1, Senayan, Jakarta.

Pada masa pembangunanannya bangunan tersebut mengalami perkembangan yang naik turun serta peralihan fungsi yang menjadi salah satu sejarah yang sering terlupakan.

Pada masa orde lama Indonesia sering dijadikan tempat untuk acara-acara dalam skala internasional, hal tersebut juga didorong oleh ambisi Soekarno menunjukkan eksistensi Indonesia pada dunia. Ide pembangunan gedung DPR/MPR pun awalnya tidak difungsikan untuk badan legislatif Indonesia tersebut.

Pada 8 Maret 1965, keluar surat putusan presiden no 48 terkait penugasan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga, Soeprajogi, untuk melakukan pembangunan political venues di Jakarta. Lokasi tersebut terkait dengan gagasan Soekarno untuk melakukan Confrence of The New Emerging Forces (Conefo) yang akan di gelar pada 1966.

Conefo adalah konferensi internasional yang diharapkan dapat mendukung gagasan pembentukan tata dunia baru. Saat itu ada beberapa negara yang direncanakan untuk ikut serta di dalamnya, antara lain negara-negara Asia, Afrika, Amerika Latin, negara-negara sosialis, negara komunis serta berbagai kekuatan progresif kapitalis.

Pembentukan Conefo sendiri dilakukan presiden pertama Indonesia tersebut untuk menandingi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Sebelum pembangunannya, pemerintah sempat membuka sayembara untuk perancangan gedung tersebut. Sayembara diikuti oleh tiga perusahaan konsultan perencanaan dan satu perserta perseorangan.

Rancangan karya Soejoedi Wirjoatmodjo, seorang arsitek lulusan Institut Teknologi Bandung pada masa itu pun akhirnya berhasil mendapatkan perhatian dari menteri PUT dan Soekarno. Selanjutnya perancangan tersebut ditetapkan dan disahkan pada 22 Februari 1965.

Pada 19 April 1965 dibangunlah tiang pertama proyek political venues, di komplek Senayan, Jakarta, yang bertepatan dengan sepuluh tahun Konferensi Asia Afrika. Proyek ini sendiri memiliki target untuk rampung pada 1966, namun kejadian G30S pada September 1965 menyebabkan pembangunannya menjadi mangkrak dan Conefo pun tidak jadi dilakukan.

Pada 9 November, Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Presidium Kabinet Ampera memberikan instruksi untuk melanjutkan kembali pembangunan canefo dengan mengubah penggunaannya untuk MPR/DPR.

Pembangunan gedungnya yang tak selesai di masa pemerintahan Soekarno pun dilanjutkan pada pemerintahan Soeharto. Lahan seluas kurang lebih 60 hektare tersebut akhirnya rampung dibangun pda 1983.


Berita Terkait :