Sucikah Pakaian Hasil Laundry untuk Salat?

Neli Elislah | Jum'at, 03/09/2021 20:10 WIB
Sucikah Pakaian Hasil Laundry untuk Salat? Jasa Laundry Pakaian (foto: pexels.com/pixabay)

RADARBANGSA.COM - Ketika melaksanakan salat kita diwajibkan untuk bebas dari najis dan harus dalam keadaan suci, dari tubuh hingga pakaian yang kita kenakan. Cara mencuci pakaian agar suci pun harus dibilas menggunakan air yang mengalir. Lantas bagaimana pakaian yang dicuci dengan jasa laundry, bolehkan dipakai untuk salat?

Seperti yang kita tahu, jasa laundry adalah jasa cuci pakaian yang saat ini banyak digunakan. Dalam hitungan satu hari pakaian yang di laundry telah siap dikenakan dengan wangi yang harum. Namun, tentunya najis atau suci bukan perkara mengenai keharuman.

Mengutip nu online, untuk menjaga kesucian ketika kita ingin menggunakan jasa laundry sebaiknya mengikuti hal ini:

1. Apabila pakaian yang dilaundry itu tidak terkena najis maka hasil cuciannya suci, tanpa perlu memperhatikan proses perendaman baju (kecuali apabila dalam proses perendaman ada benda najis atau terkena najis dari dalam mesin dan belum sempat dihilangkan serta disucikan).

2. Apabila pakaian/cucian terdapat najis atau terkena najis maka najis yang ada atau yang melekat harus dihilangkan terlebih dahulu, baru kemudian diadakan proses penyucian. Apabila diperlukan pemisahan antara pakaian yang terkena najis dengan yang tidak, maka hal itu juga sangat baik untuk dilakukan.

Dalam pandangan fikih terutama mazhab Syafi’i, setelah ‘ainiyah (materi) najis hilang, proses berikutnya yakni penyucian baju atau pakaian yang terkena najis (mutanajjis) seperti pakaian harus memenuhi beberapa kriteria diantaranya adalah adanya aliran air yang menembus dan mengalir ke setiap sisi bekas najis. Kitab Fahul-Qarib menjelaskan:

ويشترط في غسل المتنجس ورودُ الماء عليه إن كان قليلا، فإن عكس لم يطهر. أما الماء الكثير فلا فرق بين كون المتنجس واردا أو مورودا

Artinya: Dalam mencuci benda yang terkena najis disyaratkan air mengalir pada benda tersebut (diguyurkan). Hal ini belaku pada air yang sedikit (volume airnya kurang dari +/200 liter), apabila sebaliknya (air ada terlebih dahulu kemudian benda( dalam hal ini pakaian) yang terkena najis dicelupkan ke dalamnya), maka belum dinyatakan suci. Jika air itu banyak, maka tidak disyaratkan aliran air pada benda (pakaian tersebut).

Persyaratan proses penyucian yang di jelaskan di atas mengacu pada mazhab Syafi’i dan hal ini tentunya lebih mengedepankan kehati-hatian dalam memandang status suci tidaknya hasil cucian.


Berita Terkait :