Hukum Berkumur dan Menyikat Gigi Ketika Berpuasa

Neli Elislah | Kamis, 06/05/2021 17:11 WIB
Hukum Berkumur dan Menyikat Gigi Ketika Berpuasa Menyikat Gigi

RADARBANGSA.COM - Berkumur ketika berwudu disunahkan sebanyak tiga kali dalam syariat Islam. Namun, bagi orang yang berpuasa sebaiknya berkumur ketika berwudu dihindari, agar tidak membatalkan puasa. Walaupun jika terdapat air yang tertelan secara tidak sengaja, tidak sampai membatalkan puasa dengan syarat berkumurnya tidak berlebih-lebihan dengan maksimal tiga kali berkumur.

Lantas bagimana jika orang yang berpuasa ingin menggosok gigi dengan menggunakan pasta gigi ketika berpuasa?

Imam Nawawi, dalam al-Majmu’, syarah al-Muhadzdzab menjelaskan:   

لو استاك بسواك رطب فانفصل من رطوبته أو خشبه المتشعب شئ وابتلعه افطر بلا خلاف صرح به الفورانى وغيره

Artinya: Jika ada orang yang memakai siwak basah. Kemudian airnya pisah dari siwak yang ia gunakan, atau cabang-cabang (bulu-bulu) kayunya itu lepas kemudian tertelan, maka puasanya batal tanpa ada perbedaan pendapat ulama. Demikian dijelaskan oleh al-Faurani dan lainnya. (Abi Zakriya Muhyiddin bin Syaraf an-Nawawi, al-Majmu’, Maktabah al-Irsyad, Jeddah, juz 6, halaman 343)  

Mengutip nu online, redaksi di atas dapat dipahami, orang yang berpuasa namun menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi. Jika tidak ada air atau pasta gigi yang masuk tenggorokan sama sekali, maka puasanya tidak batal. Namun, apabila ada air sedikit saja dari air atau pasta gigi yang tertelan walaupun tanpa sengaja, maka membatalkan puasa. 

Terdapat redaksi lain yang menjelaskan, untuk menyikat gigi sebaiknya dilakukan sebelum masuknya waktu zuhur. Disampaikan Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani dalam Nihayatuz Zain:

ومكروهات الصوم ثلاثة عشر: أن يستاك بعد الزوال

Artinya, “Hal yang makruh dalam puasa ada tiga belas. Salah satunya bersiwak setelah zuhur,” (Lihat Nihayatuz Zein fi Irsyadil Mubtadi’in, Cetakan Al-Maarif, Bandung, Halaman 195).

Mengutip nu online, berkumur ataupun menyikat gigi termasuk makruh, karena pembersihan mulut ketika berpuasa merupakan tindakan yang menyalahi utama. Karena utamanya untuk emndiamkan mulut dengan aromanya yang kurang sedap apa adanya. Al-Habib Abdulah bin Husein bin Thahir dalam karyanya Is‘adur Rafiq wa Bughyatut Tashdiq menyebutkan sebagai berikut.

ويكره السواك بعد الزوال للصائم لخبر "لخلوف" أي لتغير "فم الصائم يوم القيامة أطيب عند الله من رائحة المسك". 

Artinya, “Bagi orang berpuasa, makruh bersiwak setelah zhuhur berdasarkan hadits, ‘Perubahan aroma mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah pada hari Kiamat daripada wangi minyak misik,’” (Lihat Is‘adur Rafiq, Cetakan Al-Hidayah, Surabaya, Juz I, Halaman 117).

 


Berita Terkait :