Ketidakpastian Harga Pangan akan Pengaruhi Inflasi RI

Anata Lu’luul Jannah | Selasa, 19/03/2024 11:32 WIB
Ketidakpastian Harga Pangan akan Pengaruhi Inflasi RI beras (sumber:istimewa)

RADARBANGSA.COM - Ketidakpastian harga pangan masih akan tetap menjadi risiko, baik terhadap neraca perdagangan maupun inflasi Indonesia. 

Di sisi lain perkembangan ekspor juga cenderung melambat. Melihat prospek global yang akan cenderung melemah sepanjang tahun 2024, kondisi ini membuat potensi ekspor RI akan stagnan atau melambat. 

"Berdasarkan perkembangan kondisi ekonomi dalam beberapa bulan terakhir, baik kondisi keseimbangan eksternal, yang tercermin dari neraca perdagangan maupun kondisi internal, yang tercermin dari inflasi domestik akibat harga pangan menunjukkan risiko yang cenderung meningkat," kata Ekonom Senior PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto dalam keterangan tertulis, Selasa 19 Maret 2024.

Ekspor Indonesia pada bulan Februari mengalami kontraksi lebih dalam dari perkiraan. Ekspor mengalami kontraksi sebesar 9,4% YoY (vs perkirakan kontraksi awal yang sebesar 3,4% YoY) menjadi USD19,3 miliar (vs perkiraan awal yang sebesar USD20,6 miliar). 

"Untuk pertama kalinya nilai ekspor bulanan berada di bawah USD20 miliar selama 10 bulan terakhir, " ujar Rully. 

Sementara itu untuk impor, terjadi ekspansi sebesar 15,8% YoY (vs. perkiraan awal yang sebesar 17,3% YoY) menjadi USD18,4 miliar. "Hal ini antara lain disebabkan oleh adanya peningkatan impor migas, menjadi USD3,0 miliar," tambah Rully. 

Perkembangan ekspor dan impor tersebut menyebabkan surplus neraca perdagangan Indonesia menyusut menjadi USD867 juta (vs ekspektasi kami yang sebesar USD2,0 miliar), jauh lebih rendah dibandingkan dengan konsensus yang sebesar USD2,3 miliar. 

Secara akumulasi, surplus neraca perdagangan Indonesia menyusut pada Januari - Februari 2024 menjadi USD2,9 miliar (vs USD9,3 miliar pada Januari - Februari 2023). Namun demikian penurunan akumulasi surplus tersebut bukan hanya disebabkan oleh penurunan ekspor, namun juga ada kenaikan impor. 

"Ekspor secara akumulasi Januari - Februari mencapai USD39,8 miliar (vs USD43,6 miliar pada Januari - Februari 2024), sedangkan impor pada Januari - Februari 2024 tercatat sebesar USD36,9 miliar (vs USD34,4 miliar pada Januari - Februari 2023)," pungkas Rully