Bank Sentral Hadapi Perang Kurs dan Cadangan Devisa yang Melemah

Anata Lu’luul Jannah | Rabu, 18/10/2023 11:45 WIB
Bank Sentral Hadapi Perang Kurs dan Cadangan Devisa yang Melemah Dolar AS (Foto: tribunnewscom)

RADARBANGSA.COM - Bank-bank sentral di Asia tahun ini menghadapi peperangan kurs mata uangnya dengar Dolar AS. Meskipun cadangan devisa telah terpangkas ke level terendah dalam beberapa bulan terakhir, tetapi mereka masih kesulitan untuk menenangkan kegelisahan pasar demi menahan arus keluar modal.

Data resmi menunjukkan arus keluar bersih mencapai USD2,7 miliar dari obligasi mata uang lokal Asia pada Agustus lalu, karena pasar obligasi di Malaysia, Indonesia, Korea Selatan, India, dan Thailand mencatat penjualan bersih terbesar sejak Oktober 2022.

Cadangan devisa telah menyusut di seluruh kawasan. Cadangan Korea Selatan mencapai USD414,12 miliar pada akhir September - jumlah terkecil sejak Oktober 202. Sedangkan cadangan devisa Indonesia turun menjadi USD134,9 miliar bulan lalu, terendah sejak November.

Namun, tidak semua perubahan ini disebabkan oleh intervensi, karena peningkatan dolar juga telah mengikis nilai mata uang lain yang dipegang oleh bank-bank sentral.

"Secara harfiah, semua orang di Asia sekarang lebih banyak berpartisipasi di pasar," kata Brad Bechtel, kepala global valuta asing di Jefferies. "Dolar akan jauh lebih tinggi bila semua bank-bank sentral Asia ini tidak berpartisipasi secara agresif," imbuhnya seperti dikutip Reuters, Rabu 18 Oktober 2023.

Rupiah Indonesia, sampai awal bulan ini, adalah salah satu dari sedikit mata uang Asia yang bergerak menguat terhadap dollar, namun sekarang turun sekitar 1% untuk tahun ini. Won Korea Selatan merosot lebih dari 5%, sementara baht Thailand melorot hampir 5%.

Reserve Bank of India (RBI), Bank Indonesia dan Bank of Thailand telah berbicara menentang perdagangan valuta asing yang spekulatif, dan selama bulan lalu aktif masuk ke pasar untuk meredam pelemahan mata uang mereka.

Cadangan devisa India berada di posisi USD584,74 miliar pada 6 Oktober, terendah dalam lebih dari lima bulan terakhir.

Berbicara di sela-sela pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia di Marrakesh, Gubernur RBI Shaktikanta Das pekan lalu mengatakan, "bank-bank sentral di negara-negara berkembang harus melakukan intervensi di pasar mata uang dari waktu ke waktu untuk mencegah volatilitas yang berlebihan".

Meskipun cadangan devisa telah turun, namun cadangan devisa masih berada di atas level yang terlihat di bulan Oktober tahun lalu, sehingga masih menyediakan amunisi yang cukup untuk bank sentral.

Namun gejolak mata uang dan tantangan untuk membendung reli dolar yang kuat telah melumpuhkan harapan pelonggaran kebijakan moneter di sebagian besar wilayah Asia tahun ini.

 

 

TAG : Kurs , Rupiah , Dolar