Konflik Timur Tengah Dongkrak Harga Minyak Dunia

Anata Lu’luul Jannah | Selasa, 10/10/2023 07:11 WIB
Konflik Timur Tengah Dongkrak Harga Minyak Dunia Harga Minyak Mentah Lagi-Lagi Turun (Foto: Fortune)

RADARBANGSA.COM - Harga minyak melejit 4%, Senin, menutupi kerugian besar minggu lalu, karena bentrok militer antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas memicu kekhawatiran konflik yang lebih luas dapat mempengaruhi pasokan minyak dari Timur Tengah.

Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melambung USD3,57, atau 4,2%, menjadi USD88,15 per barel, demikian laporan Reuters, di Houston, Senin atau Selasa pagi WIB.

Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, melesat USD3,59 atai 4,3% menjadi USD86,38 per barel. Pada sesi tertingginya, kedua tolok ukur tersebut melonjak lebih dari USD4, atau lebih dari 5%.

Pekan lalu, Brent anjlok sekitar 11% dan WTI ambles lebih dari 8%, penurunan mingguan terbesar sejak Maret, karena suramnya prospek makroekonomi yang meningkatkan kekhawatiran terhadap permintaan global.

 

Sebelumnya dunia pada Sabtu digemparkan oleh aksi Hamas yang melancarkan serangan militer terbesar terhadap Israel dalam beberapa dekade. Israel membalas dengan gelombang serangan udara ke Gaza.

 

“Hasil yang paling serius bagi minyak mentah adalah konflik ini akan meningkat menjadi perang proksi yang lebih dahsyat dan dapat mempengaruhi pasokan minyak mentah,” kata Rebecca Babin, trader energi di CIBC Private Wealth US.

Pelabuhan Ashkelon di Israel dan terminal minyaknya ditutup setelah konflik tersebut, kata beberapa sumber.

Letusan kekerasan tersebut mengancam  menggagalkan upaya Amerika untuk menengahi pemulihan hubungan antara Arab Saudi dan Israel dengan imbalan kesepakatan pertahanan antara Washington dan Riyadh.

Analis berpendapat dampak konflik tersebut dapat mencakup potensi perlambatan ekspor Iran, yang tumbuh secara signifikan tahun ini, meski ada sanksi dari Amerika.

“Jika Amerika menilai Iran terlibat dalam serangan Hamas, hal ini dapat membuat AS ‘menghancurkan’ ekspor minyak Iran dengan menerapkan sanksi yang lebih ketat,” kata Caroline Bain, Kepala Ekonom Capital Economics.

Produksi Iran meningkat hampir 600.000 barel per hari selama setahun terakhir, sementara minyak mentah yang disimpan di dalam dan di luar negeri telah dijual ke pasar, mengurangi pengetatan yang diatur oleh Arab Saudi dan Rusia, kata Ole Hansen, analis Saxo Bank.

Dari sisi permintaan, maskapai penerbangan internasional besar menangguhkan atau mengurangi penerbangan ke atau dari Tel Aviv setelah serangan tersebut. Harga minyak yang tinggi akibat konflik ini dapat mendongkrak inflasi, kata analis, sehingga memaksa kenaikan suku bunga yang dapat mengurangi permintaan