Balas Sanksi, Rusia Wajibkan Pembelian Gas Bumi Pakai Mata Uang Rubel

Anata Lu’luul Jannah | Kamis, 31/03/2022 12:08 WIB
Balas Sanksi, Rusia Wajibkan Pembelian Gas Bumi Pakai Mata Uang Rubel Sektor Gas Alam atau Gas Bumi (Doc: Seputar Indonesia)

RADARBANGSA.COM - Rusia menerapkan balasan sanksi dengan mewajibkan membayar menggunakan mata uang rubel untuk pembelian gas bumi oleh "negara non sahabat”.

Langkah ini disinyalir untuk mempertahankan nilai tukar rubel terhadap mata uang internasional lain, seiring tekanan yang muncul akibat sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara Uni Eropa kepada negara tersebut.

"Tidak ada masalah untuk pasokan (gas). Kami hanya berbicara soal (mata uang) itu. Ada rekanan keuangan di Bulgaria yang tidak masalah, dan dapat merealisasikan transaksinya juga dalam rubel. Jadi tidak ada masalah (dengan pembayaran menggunakan rubel). Tidak ada risiko (gangguan). (Terbukti) Bisa dilakukan dan kami ingin semua (negara importir) melakukan hal serupa," ujar Menteri Energi Rusia, Alexander Nikolov, dikutip IDX, belum lama ini.

Menyikapi hal ini, negara-negara Uni Eropa pun menyampaikan protes.

Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck, misalnya, menyebut bahwa kebijakan pewajiban transaksi gas menggunakan rubel itu sebagai pelanggaran kontrak dan tidak dapat dibenarkan. 

Tak hanya Jerman, negara-negara yang selama ini merupakan importir gas bumi dari Rusia juga menyampaikan keluhan senada.

"Ini merupakan pelanggaran aturan pembayaran yang termasuk dalam kontrak saat ini," ujar salah satu tokoh senior Pemerintah Polandia.

Pewajiban pembayaran menggunakan rubel dianggap menyusahkan, lantaran dengan adanya sejumlah sanksi untuk Rusia saat ini, menyebabkan banyak bank besar yang enggan melakukan transaksi yang berkaitan dengan segala aset milik pemerintah atau pengusaha Rusia.

Senada dengan Polandia, Eneco, pemasok gas Belanda yang membeli 15 persen pasokan gasnya dari anak usaha Gazprom, Wingas, juga enggan untuk memperbarui kontrak pembelian gasnya dengan menggunakan rubel sebagai alat bayar.

"Kami memiliki kontrak jangka panjang menggunakan Euro, dan kami tidak membayangkan akan setuju dengan (perubahan) itu," ujar Juru Bicara Eneco.

Menurut Gazprom, sedikitnya ada 58 persen dari penjualan gas alam ke Eropa dan negara-negara lain pada 27 Januari lalu masih diselesaikan dalam euro.

Dolar AS menyumbang sekitar 39 persen dari penjualan kotor, dan poundsterling sekitar tiga persen saja. Komoditas yang diperdagangkan di seluruh dunia memang sebagian besar ditransaksikan dalam dolar AS atau euro, yang merupakan sekitar 80 persen dari cadangan mata uang dunia.


Berita Terkait :