Dibayangi Omicron, ICP Desember Turun ke Posisi USD73,36 Per Barel

Anata Lu’luul Jannah | Selasa, 18/01/2022 11:32 WIB
Dibayangi Omicron, ICP Desember Turun ke Posisi USD73,36 Per Barel Minyak Hitam (Foto: Fortune)

RADARBANGSA.COM - Pemerintah menetapkan rata-rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) bulan Desember 2021 turun sebesar USD6,77 per barel dari USD80,13 per barel menjadi USD73,36 per barel.

Penurunan ini diakibatkan seiring kekhawatiran tentang permintaan yang dipicu oleh kenaikan global yang cepat akibat Covid-19 jenis varian Omicron serta kenaikan pasokan minyak dari Libya.

"Meningkatknya sejumlah kasus (Covid-19) Omicron di sejumlah negara punya dampak besar terhadap perilaku pasar. Terjadinya pembatasan aktivitas ekonomi mengakibatkan penurunan permintaan minyak mentah global," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi, Selasa 18 Januari 2022.

Di sisi lain, adanya inflasi, pelepasan cadangan strategis, dan berlanjutnya peningkatan produksi OPEC+ serta penguatan nilai tukar Dollar AS terhadap mata uang utama dunia lainnya menyebabkan turunnya minat investor pada komoditas minyak hingga level terendah dalam beberapa tahun dan mendorong aksi profit taking di saat harga masih tinggi.

Terkait pasokan/produksi dan stok minyak, International Energy Agency dalam laporan bulan Desember 2021 menyatakan bahwa pasokan minyak mentah global melebihi permintaan terutama akibat peningkatan produksi AS seiring peningkatan aktifitas pengeboran dan peningkatan produksi OPEC+ sebesar 450.000 barel per hari.

Sedangkan terkait permintaan minyak, OPEC melaporkan permintaan minyak pada kuartal 4 tahun 2021 disesuaikan sedikit lebih rendah terutama untuk memperhitungkan langkah-langkah penahanan Covid-19 di Eropa dan potensi dampaknya terhadap permintaan bahan bakar transportasi, serta munculnya varian Covid-19 baru (Omicron).

Total permintaan minyak dunia sebesar 96,63 juta barel per hari secara tahunan pada tahun 2021.

Penurunan harga minyak mentah internasional juga dipengaruhi oleh Bank of England mengumumkan kenaikan suku bunga yang tidak terduga (keputusan ini menjadi yang pertama di antara negara-negara maju kelompok G7 yang melakukan pengetatan moneter sejak pandemi Covid-19) setelah Federal Reserve AS mengindikasikan potensi percepatan pengurangan stimulus fiskal dan menaikkan suku bunga lebih awal, untuk mengatasi inflasi.

Indikasi tersebut membuat Dollar AS lebih menarik bagi investor dibandingkan dengan pasar ekuitas.

Berdasarkan laporan Tim Harga Minyak Mentah Indonesia, Rystad Energy memperkirakan throughput kilang global pada kuartal 4 tahun 2021 direvisi turun 400.000 barel per hari dibanding laporan bulan November 2021 menjadi rata-rata 78,7 juta barel per hari.

Untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah selain disebabkan oleh faktor-faktor tersebut, juga dipengaruhi oleh terus berlanjutnya ekspektasi akan pelepasan cadangan minyak strategis China, penurunan pertumbuhan perekonomian di wilayah Asia Pasifik, terutama di China dan India, serta penurunan impor minyak mentah di China dan Jepang.


Berita Terkait :