Pembatasan Akibat Covid, Konsumsi Minyak Dunia Merosot 2%

Anata Lu’luul Jannah | Senin, 09/08/2021 12:19 WIB
Pembatasan Akibat Covid, Konsumsi Minyak Dunia Merosot 2% Kilang Minyak (Doc:Istimewa)

RADARBANGSA.COM - Harga minyak anjlok 2% pada Senin, melanjutkan penurunan tajam pekan lalu di belakang apresiasi dolar AS dan kekhawatiran pembatasan pandemi di Asia, terutama China, dapat menghambat pemulihan permintaan bahan bakar global.

Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, merosot USD1,41, atau 2%, menjadi USD69,29 per barel pada pukul 08.25 WIB, setelah tergelincir 6% pekan lalu, kerugian mingguan terbesar dalam empat bulan, demikian laporan Reuters, di Melbourne, Senin 9 Agustus 2021.

Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melorot USD1,32, atau 1,9%, menjadi USD66,96 per barel, setelah menyusut hampir 7% pekan lalu, penurunan mingguan tertajam dalam sembilan bulan.

"Kekhawatiran tentang potensi erosi permintaan minyak global muncul kembali dengan percepatan tingkat infeksi varian Delta," kata analis RBC, Gordon Ramsay.

Analis ANZ merujuk pada pembatasan terbaru di China, konsumen minyak terbesar kedua di dunia, sebagai faktor utama yang mengaburkan prospek pertumbuhan permintaan.

Pembatasan tersebut termasuk pembatalan penerbangan, peringatan 46 kota terhadap aktivitas perjalanan, dan pembatasan transportasi umum serta layanan taksi di 144 daerah yang paling parah terkena dampaknya.

Senin, China melaporkan 125 kasus Covid-19 baru, melonjak dari 96 sehari sebelumnya.

"Kendati jumlah kasus (di China) relatif rendah, itu terjadi tepat ketika driving season musim panas mencapai puncaknya," kata analis komoditas ANZ dalam sebuah catatan. "Itu telah membayangi tanda-tanda permintaan yang kuat di tempat lain."

Di Malaysia dan Thailand, infeksi terus mencapai rekor harian lebih dari 20.000.

Minyak juga turun karena dolar AS menguat ke level tertinggi empat bulan terhadap euro, setelah laporan ketenagakerjaan Amerika yang lebih kuat dari ekspektasi, Jumat, memicu spekulasi bahwa Federal Reserve dapat bergerak lebih cepat untuk memperketat kebijakan moneter.

Dolar AS yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Perdagangan relatif sepi seiring hari libur nasional di Jepang dan Singapura. (ef)