Pemulihan Ekonomi saat Pandemi, Pemerintah Perlu Tiru Kebijakan Gus Dur

Ahmad Zubaidi | Senin, 28/12/2020 20:26 WIB
Pemulihan Ekonomi saat Pandemi, Pemerintah Perlu Tiru Kebijakan Gus Dur Ekonom Ahmad Erani Yustika Webinar yang digelar DPP Partai Kebangkitan Bangsa (foto istimewa)

RADARBANGSA.COM - Ekonom Ahmad Erani Yustika menyatakan, setiap era atau rezim di Indonesia memiliki kebijakan ekonomi yang berbeda-beda. Namun dia mengakui bahwa kebijakan ekonomi di era Presiden KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sangat berdampak positif bagi Indonesia.

Menurut Erani, pada masa Gus Dur, pertumbuhan ekonomi positif, utang berhasil diturunkan, ketimpangan rendah, dan kesejahteraan PNS/TNI dinaikkan.

“Pada era ini hubungan dengan luar negeri dilakukan secara intensif, baik dengan Blok Barat maupun Blok Timur,” kata Erani dalam Webinar yang digelar DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Senin, 28 Desember 2020.

Erani menyatakan, kebijakan Gus Dur tersebut perlu ditiru diimplementasikan saat ini, saat Indonesia turut menjadi korban dari pandemi Covid-19. Gus Dur, kata Erani lebih memilih istilah “Ekonomi Rakyat” dari pada “Ekonomi Kerakyatan” untuk memastikan bahwa yang terjadi di lapangan adalah gerakan ekonomi yang dikuasai dan dilakukan oleh rakyat kecil.

“Kebijakan ekonomi Gus Dur juga berbasis pada sumber daya lokal. Itu sebabnya Gus Dur menekankan pembangunan pertanian termasuk kelautan. Dan saat ini adalah kesempatan penting bagi pemerintah untuk betul-betul memperhatikan pertanian dan UMKM,” kata Erani.

Gus Dur juga mampu menstabilkan harga pangan agar daya beli masyarakat tetap terjaga. Menurut Erani, saat itu peran Bulog sangat efektif menjaga harga pangan sehingga petani memperoleh harga yang bagus dan daya beli konsumen terjaga karena harga yang terjangkau.

Tak cukup sampai di situ, pertumbuhan ekonomi di era Gus Dur juga berjalan seiring dengan pemerataan. Erani manyatakan, pencapaian fantastis saat Gus Dur menjabat sebagai Presiden adalah pertumbuhan padu dengan pemerataan.

“Gus Dur cuma butuh waktu dua tahun untuk menurunkan ketimpangan menjadi 0,13 persen pada 2001. Padahal dua tahun sebelumnya mencapai 0,37 persen. Itu adalah rekor terendah rasio gini di Indonesia,” tutur Erani.

Terkait dengan pola kerjasama dengan luar negeri, Erani menyatakan bahwa Gus Dur berhasil membangun relasi ekonomi antarnegara yang saling menumbuhkan. Gus Dur, lanjut Erani, mampu memanfaatkan kesempatan tersebut untuk membangun kerjasama ekonomi dengan negara lain yang dianggap strategis bagi penguatan ekonomi nasional.

“Itulah yang menjadi sebab Gus Dur menginisiasi poros Jakarta-New Delhi-Beijing karena dianggap tiga negara itu bisa membangun kolaborasi yang menguntungkan dan sekaligus mengurangi ketegangan antara dua blok ekonomi (AS dan Rusia),” ujarnya.


Berita Terkait :