Bank Dunia Turunkan Angka Pertumbuhani Ekonomi RI 2020

Anata Lu’luul Jannah | Selasa, 29/09/2020 15:01 WIB
Bank Dunia Turunkan Angka Pertumbuhani Ekonomi RI 2020 Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (gambar: gurupendidikan.co.id)

 

JAKARTA, RADARBANGSA.COM – Bank Dunia Kembali merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020. Sebelumnya pada Laporan Bank Dunia di Edisi Juli, pertumbuhan ekonomi Indonesia disasar di angka 0 persen.

Kini, dalam laporan terbarunya yang berjudul “From Containment to Recovery” edisi update oktober 2020, Bank Dunia menurunkan angka pertumbuhan di angka minus 1,6 persen. Bahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat menyentuh angka minus 2 persen pada skenario terburuk.

Laporan tersebut kemudian mengatakan jika ekonomi Indonesia akan berangsur pulih pada tahun 2021 di angka 3 persen.

Bank Dunia menyebut jika Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keunggulan dalam generasi muda namun tidak berhasil melindungi sektor informal selama pandemi. Hal ini diantaranya disebabkan oleh dukungan pemerintah yang kurang ataupun tidak merata kepada dunia usaha baik perusahaan atau sektor usaha kecil menengah.

“Data Business Pulse Survey menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil perusahaan yang menerima dukungan langsung dari pemerintah. Porsi ini kurang dari 10 persen di Indonesia,” ungkap Bank Dunia dalam laporannya.

Mereka mengasumsikan jika lembaga keuangan formal mungkin tidak dapat menjangkau banyak usaha kecil dan menengah (UKM), perusahaan informal dan mikro. Selain itu, kurangnya kesadaran juga merupakan penghalang utama bagi perusahaan untuk menerima dukungan COVID yang tersedia.

“Di Indonesia, sebagian besar perusahaan tidak mengetahui jika ada dukungan publik,” ungkap mereka dalam laporan tersebut.

Kendati demikian, Pemerintah Indonesia dinilai telah banyak melakukan pelonggaran kebijakan moneter dan meningkatkan dukungan untuk sektor keuangan baik bank maupun perantara keuangan nonbank.

“Beberapa bank sentral, seperti di Indonesia, telang langsung membeli obligasi pemerintah, meskipun ternyata justru ini meningkatkan kekhawatiran pasar akan erosi kemandirian bank sentral yang direbut dengan susah payah,” ungkap mereka.

 


Berita Terkait :