MSI Ingin Jadikan Singkong Sebagai Pangan Lokal Strategis

Anata Lu’luul Jannah | Selasa, 16/06/2020 11:33 WIB
MSI Ingin Jadikan Singkong Sebagai Pangan Lokal Strategis Singkong (Doc: Dokter Sehat)

JAKARTA, RADARBANGSA.COM – Ubikayu atau biasa disebut singkong memiliki peran yang luar biasa sebagai komoditas tanaman pangan lokal. Singkong banyak digunakan sebagai bahan baku tepung tapioka yang banyak dikonsumsi oleh Industri maupun masyarakat umum Indonesia.

Dalam diskusi webinar Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) yang diadakan secara live virtual, para petani dan peneliti membahas secara bersama untuk mengembangkan singkong sebagai pangan alternatif yang memiliki keunggulan strategis.

“Karena itu disini saya undang dari semua pihak baik praktisi, ilmuwan, dari dosen maupun pemangku kebijakan dalam hal ini Kementerian Pertanian untuk kita duduk bersama membahas apa saja yang bisa kita lakukan untuk singkong ini,” ujar Lembaga Ketua Umum MSI, Arifin, Sabtu 13 Juni 2020.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi yang diundang sebagai pembicara menyampaikan bahwa petani harus masuk kelas, bergabung menjadi korporasi. Masalah turunnya produksi singkong ditengarai karena pasar kurang menarik dan adanya kompetisi dengan produk lain yang harganya lebih tinggi ataupun umur lebih pendek seperti contohnya jagung. 

“Semua bersama bangun singkong Indonesia jadi pangan lokal yang bisa didorong dalam bentuk korporasi,” ujar Suwandi. 

Menurutnya perlu penanganan model korporasi karena di korporasi terintegrasi jadi satu inputnya. Dengan korporasi yang memanfaatkan mekanisasi dan bekerjasama menjadi off taker industri maka petani akan mendapat kemudahan sumber pendanaan untuk KUR. 

Yang menjadi kunci selanjutnya adalah teknologi pengolahan. Ada sekitar 28 produk turunan yang bisa dimanfaatkan untuk dikembangkan ke pasar maupun supermarket dengan branding yang bagus.

“Makanan lokal kuncinya ada di hilir market driven, bagaimana mencreate pasar supaya pangan lokal jadi lifestyle. Bangun market drivennya, pasar dibangun, baru produksi mengikuti. Kalau pasar bagus petani akan mengikuti berproduksi,” tuturnya.

Sementara itu, Arifin mengatakan market driven memang harus diutamakan karena produksi tidak akan berjalan kalau tidak ada market driven. 

“Yang bisa dikembangkan adalah promosi dengan database pelaku industri, memfasilitasi kelancaran perdagangan rantai pasokan singkong serta mendorong petani membentuk korporasi dan pengolahan sendiri," pungkas Arifin.

 


Berita Terkait :