Pemerintah Dorong Program Santripeneur, PonPes di Indonesia Berhasil Buka Usaha IKM

Anata Lu’luul Jannah | Rabu, 22/01/2020 09:40 WIB
Pemerintah Dorong Program Santripeneur, PonPes di Indonesia Berhasil Buka Usaha IKM Pelatihan dan Pembinaan di Pondok Pesantren oleh Kementrian Perindustrian (Foto: Kemenperin)

JAKARTA, RADARBANGSA.COM - Pemerintah akan medorong tercetaknya entrepeneur baru khususnya di sektor Industri Kecil Menengah (IKM). Hal ini guna merebut peluang dari bonus demografi yang akan dinikmati Indonesia hingga tahun 2030. Bonus demografi ini akan betul betul dimanfaatkan karena jika tidak akan menjadi demografik disaster.

Untuk mendorong upaya tersebut pemerintah yang dalam hal ini adalah Menteri Perindustrian mengimplementasikan program pelatihan santripeneur di beberapa ponpes yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

“Sejak tahun 2013 hingga saat ini, kami telah melakukan pembinaan kepada 46 Ponpes yang tersebar di tujuh provinsi, yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Yogyakarta, Lampung, Kalimantan Timur, dan Banten dengan jumlah peserta yang dibina sebanyak 8.128 santri,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menegah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih di Jakarta, Selasa, 21 Januari 2020.

Melalui pembinaan tersebut, pemerintah juga memfasilitasi mesin dan peralatan seperti mesin pengolahan sampah, produksi sepatu, konveksi, pangan, makanan dan minuman, kerajinan, pupuk organik cair, kosmetik, batako hingga perbengkelan.

Sejauh ini telah terdapat hasil nyata dari program pelatihan santripeeneur, beberapa contohnya adalah produksi alas kaki di Ponpes Sunan Drajat. Ponpes yang terletak Kabupaten Lamongan itu sudah mampu menghasilkan unit industri alas kaki yang memproduksi lebih dari 4.000 pasang sandal jepit spon per bulan.

Selain itu di Ponpes Suryalaya, Tasikmalaya, dikabarkan para alumninya telah berhasil membuka usaha bengkel roda dua sendiri.

Sementara itu, Ponpes Al Ittifaq, Bandung, juga berhasil meningkatkan nilai jual produk kopinya. Tidak hanya coffee roasting, namun kini pesantren tersebut mampu memproduksi kemasan kopi dengan merek kopinya sendiri.

Sebelumnya, Koperasi Ponpes Al Ittifaq hanya menjual kopi dalam bentuk ceri (buah) senilai Rp6.000 per kilogram (kg). Namun, setelah mendapatkan pembinaan dan fasilitasi mesin peralatan, saat ini Ponpes Al-Ittifaq mampu memproduksi kopi roasting dengan harga Rp250 ribu per kg.

“Ini tentu anugerah yang harus kita syukuri bersama. Program ini berhasil melahiran Santripreneur yang sangat berpotensi. Kami optimistis Ponpes mampu mendukung pengembangan IKM nasional yang berdaya saing di kancah global,” papar Gati Wibawaningsih.


Berita Terkait :