Perlu Hilirisasi Pertambangan Atasi Masalah Current Account Deficit

Ahmad Zubaidi | Kamis, 21/11/2019 10:17 WIB
Perlu Hilirisasi Pertambangan Atasi Masalah Current Account Deficit Joko Widodo (Presiden RI). (Foto: twitter @jokowi)

JAKARTA, RADARBANGSA.COM - Permasalahan Current Account Deficit (Defisit Transaksi Berjalan) dan Defisit Neraca Perdagangan dapat diatasi melalui peningkatan hilirisasi pertambangan. Hal ini ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo ketika memberikan sambutan pada acara Indonesia Mining Award 2019 di Hotel Ritz Charlton Jakarta, Rabu 20 November 2019.

Presiden Jokowi bahkan meyakini masalah tersebut akan terselesaikan dalam kurun waktu tiga tahun bila eksekusi kebijakan hilirisasi berjalan optimal. "Saya hitung-hitung, kalau semua menuju hilirisasi dan industrialisasi, dibuat barang jadi dan setengah jadi, saya yakin tak sampai tiga tahun, semua problem (masalah) defisit bisa diselesaikan hanya dalam waktu tiga tahun," ucap Jokowi yang saat itu didampingi pula Menteri ESDM Arifin Tasrif.

Salah satu komoditas tambang yang menjadi sorotan adalah nikel. Menurut Jokowi, nikel mampu dijadikan campuran lithium baterai yang menjadi bahan baku pembentukan baterai kendaraan listrik. Hal ini sejalan dengan kebijakan Pemerintah yang tengah gencar mengembangkan mobil listrik.

"Jadi ngapain kita impor elpiji, impor petrokimia yang besar, padahal nikel bisa dibangun, bisa hilang current account deficit itu. Saya jamin bisa hilang tidak akan lebih dari tiga tahun kalau tambah satu komoditas, belok ke situ sebagian, rampung kita," tutur Jokowi.

Sebelumnya, Kementerian ESDM melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2019 sudah memberikan larangan untuk melakukan ekspor biji (ore) nikel terhitung mulai 1 Januari 2020. Pengambilan keputusan ini berdasarkan pertimbangan peningkatan nilai tambah (added value) dari komoditas tersebut.

Komoditas lain yang bisa dimaksimalkan dari hilirisasi adalah mengubah batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai pengganti gas bumi cair (Liquified Petroleum Gas/LPG). Lalu, LPG bisa diubah menjadi petrokimia, metanol, dan sebagainya.